Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 13 November 2020 | 14:53 WIB
Ilustrasi Covid-19. (Suara.com/Eko Faizin)

SuaraJawaTengah.id - Kasus penyebaran Covid-19 di Kota Semarang masih cukup tinggi. Kasus penularan terjadi di suatu kelompok atau lingkungan masyarakat, yang kerap disebut klaster.

Berdasarkan data di situs web siagacorona.semarangkota.go.id per Jumat (13/11/2020), kasus positif Covid-19 di Kota Semarang telah mencapai 11.519. Perinciannya, 629 pasien masih menjalani perawatan, 9.882 orang dinyatakan sembuh, dan 1.008 orang meninggal dunia akibat Covid-19.

Dilansir dari Solopos.com, Kepala DKK Semarang, dr. Abdul Hakam menyebut ada 48 klaster Covid-19 yang masih aktif atau persebarannya hingga kini masih terjadi.

“Total klaster yang masih aktif saat ini di Kota Semarang mencapai 48. Dominasi oleh klaster keluarga, perkantoran, dan pengajian,” jelasnya, Selasa (11/11/2020).

Baca Juga: Pendaftar Membludak, Bantuan UMKM Dibuka Kembali Tahun Depan

Hakam menambahkan berdasarkan data yang ia peroleh terjadi kenaikan kasus positif Covid-19 di Semarang pascalibur panjang. Hingga 10 November, terjadi kenaikan kasus positif mencapai 88 kasus.

“Kenaikan tersebut dipicu dengan adanya klaster baru yakni pengajian dan sejumlah klaster keluarga,” imbuhnya.

Dinkes Kota Semarang juga menyebut kegiatan libur panjang disinyalir menjadi media transmisi Covid-19.

Menurut Hakam, kegiatan libur juga berbanding lurus dengan kegiatan budaya yang mengundang kerumunan massa, seperti pernikahan, anjangsana, liburan, dan acara keagamaan.

Dari hasil pengamatan pada situs web siagacorona.semarangkota.go.id, peningkatan jumlah suspect terjadi sejak pekan ke-21, atau sejak Semarang semakin diguyur hujan.

Baca Juga: Masuk Limbah Infeksius, Jakarta Musnahkan 860 Kilogram Sampah Masker

Kesembuhan pasien Covid-19 di tempat isolasi Rumah Dinas Wali Kota Semarang juga mengalami pelambatan. Suhu yang relatif lebih dingin disebut-sebut menjadi pemicu virus bertahan lebih lama di dalam tubuh pasien.

Kondisi cuaca yang sering berubah secara drastis juga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga lebih mudah terinfeksi virus.

Load More