Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 16 November 2020 | 06:25 WIB
Proses penjemuran biji kopi luwak di Pawon Luwak Coffe. (Suara.com/Angga Haksoro Ardhi).

SuaraJawaTengah.id - Pawon Luwak Coffee mempertahankan pengolahan secara kopi tradisional. Edukasi pengolahan kopi luwak dapat menjadi daya tarik wisata. 

Di Pawon Luwak Coffee selain menikmati kopi, wisatawan mendapat penjelasan soal pengolahan biji kopi yang didapat dari proses pencernaan luwak. 

Pengunjung dijelaskan proses pengolahan biji kopi, dari cara memperolehnya di alam, penjemuran, roasting, hingga giling. 

Pemilik Pawon Luwak Coffe, Prana Aji mengaku, biji kopi di tempat usahanya dikumpulkan dari luwak yang dilepas di alam liar. Bukan dari luwak yang dipelihara dalam kandang. 

Baca Juga: Terapkan Jaga Jarak, BPBD Magelang Bangun 1.015 Bilik Pengungsian

Biji-biji kopi tersebut dikumpulkan oleh para petani pengepul dari lereng Gunung Sumbing di wilayah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. 

Para petani secara berkala melepas liarkan luwak di sekitar kebun kopi. Mereka kemudian mengumpulkan biji kopi yang telah dimakan dan dicerna oleh luwak. 

“Kopi luwak bukan kopi biasa. Jarang kan kopi luwak itu karena jumlahnya terbatas dan tidak bisa diproses massal. Jadi yang ditawarkan bukan sekedar minum kopi,” kata Aji di Pawon Luwak Coffee, Minggu (15/11/2020).

Biji kopi hasil pencernaan luwak yang dilepas liar, memiliki cita rasa lebih enak dibandingkan dalam kandang. Sebab luwak liar, hanya akan memilih biji kopi yang benar-benar sudah matang. 

Sebelum digiling, biji kopi melewati 2 kali proses penjemuran serta dicuci bersih. Setelah kering, kulit biji kopi dipisahkan dengan cara ditumbuk pada lumpang batu. 

Baca Juga: Resep Kopi Susu Kekinian Ala Kafe, Cocok Jadi Teman WFH

Hanya sangrai (roasting) dan proses penggilingan yang menggunakan mesin. “Kami mempertahankan cara tradisional. Memang hasil produksi kami tidak banyak,” ujar Prana Aji di cafe Pawon Luwak Coffe, Kompleks Candi Pawon, Wanurejo.

Load More