Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 20 November 2020 | 17:04 WIB
Tempat pengungsian warga Merapi dilengkapi standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sekat-sekat dibangun untuk menjaga jarak antar keluarga pengungsi. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).

SuaraJawaTengah.id - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Jasin Maimoen, meminta penyaluran bantuan inisiatif warga untuk pengungsi Merapi dipusatkan di kecamatan.

Taj Jasin meminta frekuensi keluar-masuk orang ke posko pengungsian dibatasi. Menurut dia, kebanyakan pengungsi adalah warga berusia lanjut yang rentan terpapar Covid-19.

Pengungsi kata Wakil Gubernur sudah berada di titik aman Covid-19. “Para donatur atau pengumpul yang saat ini menggalang sumbangan, tolong dititikkan di kecamatan. Karena itu juga berbahaya untuk penularan Covid,” kata Taj Jasin saat mengunjungi posko pengungsian di Balai Desa Deyangan, Mertoyudan, Jumat (20/11/2020).

Taj Jasin menilai penanganan pengungsi saat ini sudah bagus. Dia mengapresiasi antusiasme masyarakat mengumpulkan bantuan untuk para pengungsi.

Baca Juga: Pemerintah Putuskan Sekolah Dibuka Kembali Mulai Januari

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan alokasi anggaran jika penanganan pengungsi berkepanjangan. “Penanganan sudah bagus. Makanan tercukupi. Bantuan logistik, BPBD Provinsi Jateng sudah berhubungan dengan BPBD kabupaten. Apa saja yang dibutuhkan kita sharing.”

Di tempat yang sama, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, melaporkan aktivitas terkini Gunung Merapi.

Menurut Hanik, kegempaan dan deformasi Merapi masih tinggi. “Guguran masih sering terjadi. Berdasarkan laporan terakhir menunjukan magma semakin menuju ke permukaan,” kata Hanik.

Hanik menjelaskan, potensi daerah bahaya mengarah ke sisi Barat dan Barat Laut Gunung Merapi. “Karena bukaan kawah itu ada di sisi Tenggara, potensi masih ada di sisi Tenggara. Karena guguran itu terjadi beberapa kali pusatnya di sisi Barat dan Barat Laut, kemungkinan potensi ada juga di sisi Barat dan Barat Laut.”

Dia melanjutkan, guguran berasal dari material lama sisa erupsi Merapi tahun 1998 dan 1948. Tanggal 16 November 2020, BPPTKG mengirim tim untuk mengamati morfologi puncak Merapi.

Baca Juga: Di Depan Pejabat Bank Dunia, Sri Mulyani: Kita Harus Menang Lawan Covid-19

“Puncaknya sekarang seperti apa? Itu belum ada perubahan. Nanti kita coba ambil sampelnya tidak lagi dari atas tapi dari bawah.”

Kontributor: Angga Haksoro

Load More