Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 29 Desember 2020 | 12:34 WIB
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]

Argo Yuwono juga menjelaskan pelatihan yang dilakukan terdiri dari bela diri dengan tangan kosong, lempar pisau, penggunaan senjata tajam, merakit bom, hingga melakukan penyergapan.

Menurut keterangan polisi, tempat pelatihan itu sudah menghasilkan tujuh angkatan yang terdiri dari 96 orang.

Sebanyak 66 orang berangkat ke Suriah untuk menjadi kombatan, sementara sisanya ada yang sudah ditangkap, menjalani proses hukum, maupun masih dicari polisi.

'Waspadai JI'

Baca Juga: Mabes Polri: Ada 12 Lokasi Jateng Tempat Latihan Militer Teroris JI

Petugas Detasemen Khusus (Densus) 88 membawa terduga teroris dari Lampung setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (16/12/2020). [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal]

Belakangan ini, sejumlah aksi terorisme yang terjadi, seperti bom Sarinah tahun 2016 hingga bom bunuh diri gereja di Surabaya tahun 2018, lebih sering dikatikan dengan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, yakni Jamaah Ansharut Daulah.

Meski begitu, peneliti Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengatakan pemerintah harus terus waspada dengan JI, yang disebutnya memiliki visi jangka panjang untuk mendirikan sebuah negara Islam.

Kelompok itu, kata Sidney, juga berupaya merekrut anggota-anggota yang terampil dengan sistem yang strategis, yang berbeda dengan sistem ISIS.

"Perekrutan JI jauh lebih rumit dan strategis dari pada ISIS. ISIS bisa hanya 'ambil' orang dari jalan atau dari grup internet tanpa tahu latar belakangnya bagaimana, pengetahuannya apa."

"Kalau JI menjamin siapa saja yang jadi anggota harus pengetahuan (agamanya) tinggi dan mendalam," ujar Sidney.

Baca Juga: Vila Tempat Teroris Berlatih Menembah di Semarang Ternyata Angker

Proses seleksi anggota di ponpes, kata Sidney, bahkan bisa melewati empat hingga lima tahap.

Load More