Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 29 Januari 2021 | 16:52 WIB
Warga negara asing melihat pameran kaligrafi ukir produk Jepara.[Suara.com/Fadil AM]

SuaraJawaTengah.id - Geliat ekspor dari Kabupaten Jepara hingga sekarang masih cukup lesu karena terpukul pandemi Covid-19.

Sepanjang 2020 lalu saja, pagebluk ini mengakibatkan nilai ekspor turun hingga 14,6 persen jika dibanding tahun sebelumnya.

Merosotnya nilai ekspor terutama disumbang dari komoditas  mebel dan furnitur kayu. Sebab, komoditas ini masih menjadi tumpuan Kota Ukir untuk nilai ekspor tertinggi di antara 12 komoditas lainnya.

Hal ini seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jepara  Eriza Rudi Yulianto melalui Kasi Promosi Ekspor dan Impor Edi Widodo, Jumat (29/1/2021).  Selain nilai ekspor menurun, rupanya banyak juga eksportir yang gulung tikar.

Baca Juga: Sudah Dianggarkan, Pemprov DKI Lanjutkan Bansos Covid-19 Tahun Depan

"Di mana jumlah eksportir tahun lalu sebanyak 413. Sedangkan tahun sabelumnya 427 eksportir," jelas Edi.

Begitu juga dengan negara tujuan ekspor yang semula 113 negara, menjadi 95 negara. Dengan nilai ekspor total pada 2019 USD 388 juta. Menurun menjadi USD 331 juta. 

"Furnitur kayu masih menjadi komoditas utama dengan nilai ekspor USD 177 juta. Disusul produk garmen dan sepatu senilai USD 131 juta," bebernya.

Kemudian, di posisi ketiga ada komoditas kayu olahan senlai USD 11 juta. Menurutnya sejak awal 2020 beberapa negara tujuan ekspor  mengalami kendala pengiriman barang. 

Pasalnya pandemi lebih dulu terjadi di Tiongkok dan eropa ketimbang Indonesia. Ada beberapa negara yang menutup akses barang masuk.

Baca Juga: Rugi Miliaran Hingga Jual Mobil, Barbie Kumalasari Jatuh Miskin?

“Giliran pandemi masuk Indonesia tambah jadi kendala lagi. Namun berngasur mulai pertengahan tahun ada progres,” tuturnya.

Disinggung mengenai peluang di 2021 terutama furnitur sebagai komoditas utama, ia melihat masih bisa bertahan tapi tidak signifikan. 

Eksportir masih mengandalkan buyer yang sudah menjadi mitra cukup lama di Jepara. Meski ada peluang tambahan buyer tapi kecil kemungkinannya.

Pasalnya  buyer dalam jumlah partai besar ataupun pembeli perorangan dari luar tidak bisa langsung ke Indonesia, khususnya ke Jepara . Karena tidak bisa melihat secara langsung barang yang diorder.

“Tidak  bisa melakukan kontrak kerjasama secara langsung. Kecuali barang sisa orderan 2020 yang belum terselesaikan,” tukas Edi.

Kontributor: Fadil AM

Load More