Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 01 Februari 2021 | 12:03 WIB
Kondisi rumah Ahmad Khafidin yang hancur karena hantaman ombak (Suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Malam itu Ahmad Khafidhin warga Kota Semarang dan empat anaknya tertidur pulas. Tak ada yang menyangka jika malam itu adalah malam terakhir dia tidur pulas dengan keluarganya.

Benar saja, sekitar pukul 00.21 WIB rumah Ahmad hancur karena benturan ombak. Ahmad hanya bisa berteriak agar keluarganya dapat menyelamatkan diri.

Pikiran Ahmad benar-benar kacau, apalagi dia mempunyai anak yang baru berumur empat bulan yang juga tinggal di rumah tersebut.

Dia bersyukur, malam itu keluarga Ahmad berhasil selamat  meski banyak barang-barangnya yang tak dapat digunakan lagi.

Baca Juga: PSIS Resmi Pinjamkan Satu Pemainnya ke Tim Elit Timor Leste

Seperti baju, alamari, barang-barang elektronik, papan tulis untuk mengajar dan perabotan rumah tangga yang lain sudah tak bisa digunakan lagi.

Meskti perabotan rumah dan barang-barang penting yang ada di rumahnya ikut karam oleh dengan ombak laut, 25 kitab Alquran tak ikut tenggelam.

Kitab-kitab tersebut selamat dan masih dapat digunakan. Sampai saat ini kitab Alquran tersebut masih digunakan untuk mengaji anak-anak.

Selain menjadi tempat untuk tinggal, rumah Ahmad juga digunakan untuk mengaji. Selain menjadi nelayan, Ahmad juga menjadi guru ngaji di RT 9 Rw 15 Kampung Tambaklorok, Tanjung Mas, Semarang Utara.

"Sekitar ada 60 murid yang mengaji di rumah ini," jelasnya kepada SuaraJawaTengah.id, Senin (1/2/2021).

Baca Juga: Distrik Pecinan dan Kisah Awalmula Orang China Berkumpul di Semarang

Untuk sementara, 60 anak yang mengaji kepada Ahmad terpaksa pindah tempat di sebuah rumah kosong yang dapat digunakan untuk mengajar ngaji.

"Tempat untuk mengaji anak-anak kan dipindah, nah pakainya Alquran yang selamat itu. Alhamdulillah Alquran itu tak ikut tenggelam," ujarnya.

Selain itu, dia juga sudah sedikit lega karena istri dan keempat anaknya sudah berhasil diungsikan ke sebuah tempat yang lebih aman.

Dia juga merasa terharu karena banyak warga yang membantu untuk membangun rumahnya. Rencanya, rumah Ahmad akan dibangun dua tingkat.

Untuk lantai bawah, dia akan gunakan sebagai kelas untuk mengajar anak-anak yang ingin ngaji. Sementara, untuk lantai atas akan dia manfaatkan untuk istirahat keluarganya.

"Rencanya akan dibuat dua lantai rumah ini," ucapnya.

Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Semarang, Amron S menjelaskan, sejak akhir Desember 2020 hingga sekarang, kawasan kampung Tambak Lorok sering dihantam ombak setinggi 3 meter.

Hal itu dikarenak cuaca ekstrem dan talut yang rusak. Permasalahan tersbut, membuat ombak yang dari tengah laut tak ada dinding pembatas sehingga langsung menghantam rumah-rumah warga.

"Sebenarnya, juga ada 14 rumah lain yang saat ini masih terancam," jelasnya

Kejadian itu biasanya terjadi pada malam hari pukul 20.00 hingga dini hari sekira pukul 02.00. Untuk jaga-jaga dia saering tak bisa tidur karena kepikiran ombak yang sewaktu-waktu dapat mengancam nyawa warga.

"Saya kalau malam sering tak tidur, muter terus,"ujarnya.

Selain ittu, dia juga merasa prihatin dengan kondisi rumah milik Ahmad Khafidhin yang hancur diterjang ombak laut.

Rumah seluas kurang lebih 3 meter x 5 meter yang terbuat dari kayu kondisinya sangat memprihatinkan. Tak ada barang yang dapat diselamatkan.

"Kasihan hingga kini belum tersentuh bantuan. Para warga mencoba bantu sebisanya," terangnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More