Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Minggu, 14 Februari 2021 | 11:49 WIB
Puji Arto saat membersihkan burung hantu di penangkarannya [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraJawaTengah.id - Puji Arto, warga Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak membuat cara nyeleneh untuk menjaga sawah warga. Dia menggunakan ribuan burung hantu sebagai media pengusir hama dan tikus.

Warga Desa Tlogoweru rata-rata bekerja sebagai petani, berbagai macam tanaman seperti padi, jagung, kacang, maupun sayuran mereka tanam dan hasil panen dijual kepada pengepul atau digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Namun para petani di Desa Tlogoweru dibuat geram oleh hama yang membuat hasil panen mereka menurun drastis. Salah satu hama terbesar pada pertanian di Desa Tlogoweru adalah tikus yang memakan biji-bijian maupun batang pada tanaman.

Akibatnya, biji-biji tanaman yang sudah tumbuh besar bisa habis tinggal pohonnya yang dimakan oleh tikus, bahkan tanaman bisa mati sebelum waktunya.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Jaga Program Agrosolution Lewat Penyemprotan Hama di Jember

Akhirnya Puji memiliki ide untuk membasmi hama tikus dengan cara menangkarkan predator alaminya lalu melepaskannya ke pesawahan, predator tersebut adalah burung hantu.

"Akhirnya saya memakai  burung hantu karena banyak warga yang mengeluh," jelasnya saat ditemui SuaraJawaTengah.id di rumahnya, Minggu (14/2/2021).

Pada awal penangkarannya, Pujo Arto sempat diejek oleh masyarakat sekitar tentang ide pembasmian hama tikus tersebut dengan rumor yang beredar dimasyarakat sekitar.

"Awlanya dianggap aneh oleh warga karena ada mitos kalau burung hantu itu pembawa sial," ujarnya.

Namun lambat laun usaha Pujo akhirnya berhasil mengurangi jumlah hama tikus yang berada di area pesawahan Desa Tlogoweru dan meningkatkan hasil panen warga sekitar.

Baca Juga: Stok Alpukat hingga Kabel Komputer Dimakan Tikus, Restoran di AS Ini Tutup

"Karena berhasil mengurangi hama dan tikus di  sawah warga, kini caranya banyak dipakai di sawah-sawah warga,"

Bahkan, karena dianggap unik banyak warga yang berdatangan ke rumahnya untuk belajar. Bahkan, beberapa pengunjung ada yang sengaja datang dari luar Kota seperti Grobogan, Batang, Jepara, Kendal dan beberapa daerah lain.

"Dulu itu yang datang  samppai ratusan kalau pas hari libur untuk melihat burung mauoun konsultasi," ujarnya.

Selain pengunjung yang berlatar belakang petani, dia juga sering didatangi mahasiswa yang ingin belajar cara membasmi hama dan tikus menggunakan media burung hantu di tempatnya.

"Banyak yang datang, kalau hari libur biasanya sampai 600 - 1000 orang yang datang. Soalnya bisa buat belajar sambil berwisata," imbuhnya.

Idenya membasmi hama dan tikus  menggunakan burung hanti berawal dari keresahannya karena menipisnya jumlah burung hantu yang ada di Demak. Setelah dia pelajari, burung hantu ternyata bermanfaat untuk pengusir hama dan tikus di sawah  warga.

"Awlanya hama dan  tikus itu merajalela, ternyta  karena tak ada predatornya. Nah burung hantu bisa dimanfaatkan untuk itu agar tak musnah," katanya.

Saking banyaknya burung hantu yang ada di rumahnya, akhirnya Puji membuat sebuah penangkaran burung hantu yang diberi nama Tyto Alba. Dia membuat penangkaran tersebut sejak 2011 yang berisi 28 burung hantu.

Namun, sekarang dia  yakini jika jumlah burung hantu yang berasal dari penangkarannya jumlahnya sudah mencapai ribuan. Hal itu disebabkan beberapa burung hantu yang sudah besar memang ditaruh dan dilepas di sawah warga.

"Burung hantu yang sudah besar kita buatkan penangkaran di sawah dan kita biarkan hidup di alam terbuka. Jika dihitung dari ssudah sampai ribuan burung hantu sekarang," ucapnya.

Selain memelihara burung hantu,  di tempatnya  itu juga menyediakan  tempat untuk belajar untuk siapa saja yang berniat untuk belajar soal burunng hantu.

Bahkan, pihaknya juga sudah menyiapkan para pembimbing jika memang ada warga yang berniat untuk belajar soal burung hantu.

"Bagi yang ingin belajar kita sangat terbuka kepada siapa saja, kita juga sudah menyiapkan mentor untuk membimbing bagi warga yang tertarik," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More