SuaraJawaTengah.id - Talenta sepak bola Amiruddin Bagus Kahfi Alfikri dan Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi dibangun sejak keduanya masih anak-anak. Termasuk memilih metode pendidikan akademik yang mendukung prestasi sepak bola.
Hal itu diungkapkan Yuni Puji Istiono (48 tahun), ayah Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi saat ditemui di rumahnya di Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang, Magelang, Selasa (2/3/2021).
Menurut Yuni, sejak kecil Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi sudah akrab dengan sepak bola. Bahkan sejak sebelum bisa berjalan, keduanya yang lahir pada 16 Januari 2002, sudah diperkenalkan dengan bola.
“Namanya anak kecil suka menangis. Saat itu mbahnya membuat kotak untuk tempat bermain Bagas dan Bagus, tapi dikasih kasur dan bola. Si kembar sering main bola di situ,” kata Yuni.
Baca Juga: Kasus Anya Geraldine Salah Sebut Lokasi Borobudur, Rugikan Wisata Magelang
Saat masih balita, Bagas dan Bagus juga punya teman bermain bola. Bagong namanya.
“Saya punya ketek (monyet) saya kasih nama Bagong. Bagas dan Bagus suka melempar bola itu ke Bagong dan sama monyetnya itu bola dirusak. Tapi si kembar seneng. Nggak menangis.”
Yuni menjabat Kepala Desa Pancuran Mas, sejak Bagas dan Bagus masih kecil hingga sekarang. Sedangkan ibunya, Dewi Kartikasari mengajar di SMP Muhammadiyah Tempuran.
Kesibukan keduanya, menyebabkan pengasuhan Bagas dan Bagus diserahkan pada 2 orang pembantu yang diawasi langsung oleh sang nenek, Hj Siamah. Hal ini menurut Yuni yang dikemudian hari membentuk karakter mandiri pada kedua anak kembarnya.
Mukhson, guru olah raga SD Negeri Pancuranmas yang kali pertama menemukan bakat bermain bola Bagas dan Bagus. Saat itu Bagas dan Bagus baru duduk di kelas I.
Baca Juga: Bagus Kahfi Sah Jadi Wonderkid Indonesia Paling Menjanjikan Versi AFC
Saat sedang membersihkan lapangan, Pak Mukhson berkata pada Yuni: “Pak, insyallah putra jenengan, Bagas sama Bagus bisa menjadi pemain besar. Pemain terkenal dan bisa berguna untuk bangsa, negara, dan agama,” kata Yuni mengingat pesan almarhum Mukhson.
Yuni saat itu tidak terlalu memperhatikan pesan Mukhson. Kedua anaknya masih terlalu kecil sehingga belum dapat diprediksi soal masa depan mereka.
Yang jelas selama Bagas dan Bagus bermain untuk tim sepak bola sekolah, SD Pancuranmas 4 kali menjuarai turnamen tingkat Kecamatan Secang dan se-eks Kawedanan Grabag (Secang, Grabag, dan Ngablak).
Pada masa awal berlatih sepak bola, Bagas dan Bagus bergabung dengan SSB Putra Harapan, Magelang. Kemudian ke SSB Gelora Putra Deltras Sidoarjo, SSB Blue Eagle Jakarta, SSB Undip Semarang, dan SSB Putra di Kalimantan Tengah.
“Kita juga sempat buat SSB sendiri, Putra Pancuranmas,” kata Yuni.
Perjalanan karir sepak bola Bagas dan Bagus tiba di persimpangan saat keduanya lulus sekolah dasar. Keluarga besar menginginkan mereka melanjutkan pendidikan akademik dan tidak mengutamakan sepak bola.
Bermodal banyak piagam penghargaan, mereka yakin Bagas dan Bagus bakal diterima di beberapa SMP unggulan di Magelang.
“Saya bilang sama Bagas dan Bagus, masa depan itu sampayen yang menentukan dan memutuskan. Bukan bapak dan bukan siapa-siapa. Apapun keputusan sampeyan bapak di belakang sampeyan. Bagas sama Bagus menjawab: Prestasi pak. Berarti milih sepak bola.”
Tugas Yuni selanjutnya adalah mencari sekolah yang bisa mendukung prestasi sepak bola si kembar. Pada saat ada pertandingan misalnya, sekolah memberi kelonggaran izin untuk tidak masuk sekolah.
Pilihan sekolah jatuh ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri di daerah Karet, Kota Magelang. Baru beberapa bulan sekolah, Bagas dan Bagus mendapat tawaran bergabung dengan Frenz United, Malaysia.
“Begitu kelas 1 itu, Bagas sama Bagus sudah harus terbang ke Malaysia berdua saja. Saat itu saya berpikir ini bener apa nggak? Dari pihak Frenz United ada aturan orang tua belum boleh ikut mendampingi,” kata Yuni.
Selang satu minggu, Yuni baru dapat tiket untuk menyusul ke Malaysia dan bertemu manajer Frenz United. Setahun kemudian Bagas dan Bagus kembali ke Indonesia. Klub itu dikabarkan pailit.
Setahun tidak masuk sekolah, keduanya tidak mendapat nilai. Sekolah menganggap mereka tidak pernah mengikuti mata pelajaran.
“Kami menyikapi kalau memang tidak ada nilainya, kami keluar dari Mts.”
Bagas dan Bagus kemudian melanjutkan sekolah non-formal di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Kuncup Mekar, Magelang Selatan. “Itu membantu sekali proses Bagas dan Bagus mencari ilmu akademik,” ujar Yuni.
Di luar negeri selain pernah bergabung bersama Frenz United Malaysia, Bagas dan Bagus juga pernah menimba ilmu di The Chelsea FC International Development Centre Singapore. Bagas dan Bagus pernah menjuarai Filipina Cup bersama Timnas Indonesia U-13.
“Selanjutnya dari Piala Menpora naik ke kelas umur lulus SMA. Terus mau (sekolah) ke mana? Saat itu ada Timnas U-16. Kemudian mencari sekolah di SMA 5 Magelang.”
Dari sini prestasi sepak bola keduanya semakin terlihat. Setelah bergabung bersama PS Asahan Sumatera Utara, Bagas-Bagus sempat gabung sebentar di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumut, hingga berlabuh ke Barito Putra.
“Mereka ikut Garuda Select pertama. Pada Garuda Select kedua, Bagas dan Bagus ikut lagi, tapi yang dipanggil Bagus. Bagas ikut turnamen di Bali jadi tidak ikut Garuda Select tahap dua,” ujar Yuni.
Di mata Yuni, kedua anaknya meski kembar memiliki karakter berbeda. Bagus lebih simple, sederhana, dan komunikatif.
“Bagas itu agak malu-malu. Bagas sama Bagus karena dari kecil biasa hidup mandiri jauh dari orang tua, bisa cepat adaptasi.”
Sebelum bergabung di tim senior FC Utrecht, Bagus Kahfi akan menjalani 5 bulan masa pemulihan dan 1 tahun adaptasi bermain di tim muda, Jong FC Utrecht. Jika menunjukan performa bermain baik, Bagus akan mendapat tawaran perpanjangan kontrak selama 2 tahun di tim senior.
“Harapan kami semoga Bagas dan Bagus itu untuk selalu sehat, selamat, sukses, lancar, bisa membela bangsa dan agama. Bisa berguna untuk bangsa dan agama, jadi anak yang sholeh. Tetap rendah hati seperti ilmu padi. Semakin berisi tetap merunduk terus,” ujar Yuni.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
-
Nostalgia Orde Baru? Prabowo-Gibran Dikritik Kompak Pamer Simbol Militerisme Lewat Akmil
-
Tampang Budiman Sudjatmiko versi Lawas dan Masuk Kabinet Prabowo Disorot Publik: Waktu Muda Melawan, Pas Tua Ciut
-
Gibran Blusukan Hingga Tinggalkan Akmil, Rocky Gerung: Kok Bisa Ya Pencitraan Diwariskan?
-
Raffi Ahmad Cerita Alasan Prabowo Subianto Ajak Kabinetnya Retreat di Akmil: Ada Filosofinya
-
Istana Buka Suara: Retreat Kabinet di Akmil Gunakan Dana Pribadi Prabowo
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
Terkini
-
Tragedi Simongan: Siswa SMK Tewas Terkena Peluru Nyasar Saat Polisi Lerai Tawuran?
-
Misteri Kematian Siswa SMK di Semarang: Diduga Ada Luka Tembak, 2 Saksi Menghilang
-
Kalahkan Persik, PSIS Semarang Diguyur Bonus 200 Juta!
-
Menteri Perdagangan dan Dirut Pertamina Patra Niaga Tinjau SPBU Sleman yang Disegel
-
Deretan Tablet Redmi Terbaru 2024 dan Spesifikasinya