Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 02 Maret 2021 | 11:34 WIB
Si kembar Amiruddin Bagas Kaffa (kiri) dan Amiruddin Bagus Kahfi (kanan) saat membela timnas Indonesia U-16, dipastikan bisa tampil melawan Malaysia di semifinal Piala AFF U-16 2018. (Suara.com/Dimas Angga P)

SuaraJawaTengah.id - Talenta sepak bola Amiruddin Bagus Kahfi Alfikri dan Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi dibangun sejak keduanya masih anak-anak. Termasuk memilih metode pendidikan akademik yang mendukung prestasi sepak bola.

Hal itu diungkapkan Yuni Puji Istiono (48 tahun), ayah Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi saat ditemui di rumahnya di Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang, Magelang, Selasa (2/3/2021).

Menurut Yuni, sejak kecil Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi sudah akrab dengan sepak bola. Bahkan sejak sebelum bisa berjalan, keduanya yang lahir pada 16 Januari 2002, sudah diperkenalkan dengan bola.   

“Namanya anak kecil suka menangis. Saat itu mbahnya membuat kotak untuk tempat bermain Bagas dan Bagus, tapi dikasih kasur dan bola. Si kembar sering main bola di situ,” kata Yuni. 

Baca Juga: Kasus Anya Geraldine Salah Sebut Lokasi Borobudur, Rugikan Wisata Magelang

Saat masih balita, Bagas dan Bagus juga punya teman bermain bola. Bagong namanya.

“Saya punya ketek (monyet) saya kasih nama Bagong. Bagas dan Bagus suka melempar bola itu ke Bagong dan sama monyetnya itu bola dirusak. Tapi si kembar seneng. Nggak menangis.”

Lapangan sepak bola SD Negeri Pancuranmas, Kecamatan Secang, Magelang, tempat Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi menjalani masa awal berlatih sepak bola. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi].

Yuni menjabat Kepala Desa Pancuran Mas, sejak Bagas dan Bagus masih kecil hingga sekarang. Sedangkan ibunya, Dewi Kartikasari mengajar di SMP Muhammadiyah Tempuran. 

Kesibukan keduanya, menyebabkan pengasuhan Bagas dan Bagus diserahkan pada 2 orang pembantu yang diawasi langsung oleh sang nenek, Hj Siamah. Hal ini menurut Yuni yang dikemudian hari membentuk karakter mandiri pada kedua anak kembarnya.  

Mukhson, guru olah raga SD Negeri Pancuranmas yang kali pertama menemukan bakat bermain bola Bagas dan Bagus. Saat itu Bagas dan Bagus baru duduk di kelas I. 

Baca Juga: Bagus Kahfi Sah Jadi Wonderkid Indonesia Paling Menjanjikan Versi AFC

Saat sedang membersihkan lapangan, Pak Mukhson berkata pada Yuni: “Pak, insyallah putra jenengan, Bagas sama Bagus bisa menjadi pemain besar. Pemain terkenal dan bisa berguna untuk bangsa, negara, dan agama,” kata Yuni mengingat pesan almarhum Mukhson. 

Yuni saat itu tidak terlalu memperhatikan pesan Mukhson. Kedua anaknya masih terlalu kecil sehingga belum dapat diprediksi soal masa depan mereka. 

Yang jelas selama Bagas dan Bagus bermain untuk tim sepak bola sekolah, SD Pancuranmas 4 kali menjuarai turnamen tingkat Kecamatan Secang dan se-eks Kawedanan Grabag (Secang, Grabag, dan Ngablak). 

Pada masa awal berlatih sepak bola, Bagas dan Bagus bergabung dengan SSB Putra Harapan, Magelang. Kemudian ke SSB Gelora Putra Deltras Sidoarjo, SSB Blue Eagle Jakarta, SSB Undip Semarang, dan SSB Putra di Kalimantan Tengah.

“Kita juga sempat buat SSB sendiri, Putra Pancuranmas,” kata Yuni. 

Perjalanan karir sepak bola Bagas dan Bagus tiba di persimpangan saat keduanya lulus sekolah dasar. Keluarga besar menginginkan mereka melanjutkan pendidikan akademik dan tidak mengutamakan sepak bola.

Bermodal banyak piagam penghargaan, mereka yakin Bagas dan Bagus bakal diterima di beberapa SMP unggulan di Magelang.

“Saya bilang sama Bagas dan Bagus, masa depan itu sampayen yang menentukan dan memutuskan. Bukan bapak dan bukan siapa-siapa. Apapun keputusan sampeyan bapak di belakang sampeyan. Bagas sama Bagus menjawab: Prestasi pak. Berarti milih sepak bola.”

Bagus Kahfi resmi diperkenalkan sebagai pemain FC Utrecht. (Dok. FC Utrecht)

Tugas Yuni selanjutnya adalah mencari sekolah yang bisa mendukung prestasi sepak bola si kembar. Pada saat ada pertandingan misalnya, sekolah memberi kelonggaran izin untuk tidak masuk sekolah.

Pilihan sekolah jatuh ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri di daerah Karet, Kota Magelang. Baru beberapa bulan sekolah, Bagas dan Bagus mendapat tawaran bergabung dengan Frenz United, Malaysia. 

“Begitu kelas 1 itu, Bagas sama Bagus sudah harus terbang ke Malaysia berdua saja. Saat itu saya berpikir ini bener apa nggak? Dari pihak Frenz United ada aturan orang tua belum boleh ikut mendampingi,” kata Yuni. 

Selang satu minggu, Yuni baru dapat tiket untuk menyusul ke Malaysia dan bertemu manajer Frenz United. Setahun kemudian Bagas dan Bagus kembali ke Indonesia. Klub itu dikabarkan pailit. 

Setahun tidak masuk sekolah, keduanya tidak mendapat nilai. Sekolah menganggap mereka tidak pernah mengikuti mata pelajaran.

“Kami menyikapi kalau memang tidak ada nilainya, kami keluar dari Mts.” 

Bagas dan Bagus kemudian melanjutkan sekolah non-formal di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Kuncup Mekar, Magelang Selatan. “Itu membantu sekali proses Bagas dan Bagus mencari ilmu akademik,” ujar Yuni.

Di luar negeri selain pernah bergabung bersama Frenz United Malaysia, Bagas dan Bagus juga pernah menimba ilmu di The Chelsea FC International Development Centre Singapore. Bagas dan Bagus pernah menjuarai Filipina Cup bersama Timnas Indonesia U-13. 

“Selanjutnya dari Piala Menpora naik ke kelas umur lulus SMA. Terus mau (sekolah) ke mana? Saat itu ada Timnas U-16. Kemudian mencari sekolah di SMA 5 Magelang.” 

Dari sini prestasi sepak bola keduanya semakin terlihat. Setelah bergabung bersama PS Asahan Sumatera Utara, Bagas-Bagus sempat gabung sebentar di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumut, hingga berlabuh ke Barito Putra.

“Mereka ikut Garuda Select pertama. Pada Garuda Select kedua, Bagas dan Bagus ikut lagi, tapi yang dipanggil Bagus. Bagas ikut turnamen di Bali jadi tidak ikut Garuda Select tahap dua,” ujar Yuni. 

Pemain Timnas Indonesia U-19, Bagas Kaffa, ketika berlatih saat TC di Jakarta (dok. PSSI).

Di mata Yuni, kedua anaknya meski kembar memiliki karakter berbeda. Bagus lebih simple, sederhana, dan komunikatif.

“Bagas itu agak malu-malu. Bagas sama Bagus karena dari kecil biasa hidup mandiri jauh dari orang tua, bisa cepat adaptasi.” 

Sebelum bergabung di tim senior FC Utrecht, Bagus Kahfi akan menjalani 5 bulan masa pemulihan dan 1 tahun adaptasi bermain di tim muda, Jong FC Utrecht. Jika menunjukan performa bermain baik, Bagus akan mendapat tawaran perpanjangan kontrak selama 2 tahun di tim senior.

“Harapan kami semoga Bagas dan Bagus itu untuk selalu sehat, selamat, sukses, lancar, bisa membela bangsa dan agama. Bisa berguna untuk bangsa dan agama, jadi anak yang sholeh. Tetap rendah hati seperti ilmu padi. Semakin berisi tetap merunduk terus,” ujar Yuni. 

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More