SuaraJawaTengah.id - Anak punk sering dianggap masyarakat sebagai kelompok negatif. Hura-hura, mabuk-mabukan, dan urakan menjadi image para komunitas anak punk.
Kehadiran komunitas anak punk di berbagai daerah juga menjadi permasalahan sosial dan kehadiran mereka pun dirasa masyarakat sangat menggangu kenyamanan.
Dilansir dari Ayosemarang.com, Bupati Batang Wihaji punya cara tersendiri untuk menghilangkan anak punk di wilayahnya.
Orang nomor satu di Batang itu menyatakan, siap duduk bersama dengan komunitas anak punk. Bahkan akan memberikan ruang untuk berekspresi di Batang.
“Misalnya ada komunitas anak punk, yang memang mau berekspresi di bidang seni, asalkan positif, ayo ngobrol dengan saya. Kami pun siap memberikan ruang berkreasi,” kata Wihaji saat meluncurkan program podcast perdana yang mengundang mantan anak punk, Jumat (12/3/2021).
Memberikan ruang berekspresi bagi komunitas punk, kata dia, untuk menyalurkan hasrat dan bakat dalam berkesenian.
“Mereka akan senang sekali kalau teman-teman anak punk ini punya tempat buat menyalurkan hobinya di bidang seni. Silahkan kebebasan kalian diekspresikan ke dalam hal-hal positif,” ujar Wihaji
Podcast “Curhat Wihaji, Lebih Dekat dengan Rakyat” yang tayang pukul 16.30 WIB, Jumat (12/3/2021), di Youtube Pemkab Batang dan Batang Channel menghadirkan 2 mantan anak punk.
Mereka kini telah mempunyai profesi baru sebagai pelaku UMKM di bidang kuliner dan bekerja sebagai buruh bangunan.
Baca Juga: Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang Hampir Rampung
“Alhamdulillah 2 remaja ini contoh yang jera menjadi anak punk. Mereka sudah berhenti dan memilih untuk bekerja. Seperti Didik sekarang berjualan kopi di samping alun-alun dan Rifky bekerja diburuh bangunan,” kata Wihaji usai podcast.
Lanjutnya, mereka adalah contoh yang baik, dan memiliki Kemauan keras untuk hidup layaknya manusia sebagai makhluk sosial pada umumnya.
“Berhenti jadi anak punk manfaatnya lebih banyak, tapi kalau jadi anak punk terus tentu mudharat (kerugiannya) lebih besar,” jelasnya.
“Setelah saya mengulik mantan dua anak punk itu, kehidupan anak punk kebebasannya berlebihan. Rata-rata tidak beribadah, tidur sembarang tempat, tidak mandi berhari – hari,”kata Wihaji.
Ia pun berharap kepada Didik dan Rifky agar ikut mengajak kawan-kawan mereka yang masih menjadi anak punk untuk kembali menjalani hidup secara normal.
“Program podcast ini upaya untuk mengungkapkan harapan mereka, sekaligus ingin menggali seluk beluk perkawanan di antara mereka, untuk diambil sisi positifnya, karena persepsi bagi kebanyakan orang cenderung mengganggu ketenteraman,” pungkas Wihaji.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
Stefan Keeltjes Enggan Gegabah Soal Agenda Uji Coba Kendal Tornado FC