Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 23 Maret 2021 | 16:32 WIB
Warga tidur di dekat makam mbah Siwalan untuk mengungsi pasca penggusuran kampung Cebolok. [Wartajateng.id/Majid]

SuaraJawaTengah.id - Warga Kampung Cebolok, Kelurahan Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang terpaksa harus mengungsi di tempat pemakaman atau kuburan. Hal itu karena mereka menjadi korban penggusuran

Diketahui, mereka adalah korban penggusuran yang terjadi pada Selasa 18 Februari 2021 lalu. Rumah mereka sudah rata dengan tanah untuk dibangun kawasan perumahan di tengah Kota Semarang.

Untuk bertahan bertahan hidup, mereka mengungsi di tempat seadanya. Mereka menempati sebuah bangunan gazebo beratap seng berukuran 10×10 meter di komplek makam bernama Mbah Siwalan, Kelurahan Siwalan Kota Semarang.

Dilansir dari Wartajateng.id, Perwakilan warga kampung Cebolok, Joko Setyo mengatakan bahwa warga yang mengungsi di tempat makam tersebut sudah berlangsung selama satu bulan sejak insiden penggusuran pada akhir Februari lalu.

Baca Juga: Dilempar Batu hingga Molotov, Warga Pancoran Ngaku Diserang Ormas Bayaran

Mereka menempati tempat itu karena sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali pakaian yang melekat dan beberapa pakaian yang berhasil di selamatkan.

“Kami sudah mengungsi hampir satu bulan lalu. Setelah kejadian penggusuran sepihak pada 18 Februari 2021 lalu. Total warga yang masih bertahan 25 KK untuk jiwanya sekitar 90-100yang mengungsi di makam ini,” ucapnya di Semarang, Senin (23/3/2021).

Joko mengatakan, untuk kebutuhan pokok sehari-hari, warga mendapat bantuan makanan dari dermawan yang peduli dengan kondisi warga. Selain itu, untuk keperluan MCK hanya mengandalkan satu kamar mandi yang digunakan untuk semua orang yang mengunjungi di tempat tersebut.

“Untuk mencukupi makan sehari-hari kami bersyukur dikasih orang dermawan ketika ada yang ngasih bantuan. Selain itu untuk kebutuhan MCK hanya ada satu digunakan secara bergantian,” ucapnya.

Ia mengatakan, warga yang mengungsi di makam tersebut adalah mereka yang benar -benar tidak punya tempat tinggal. Untuk sewa kos juga sudah tidak mampu.

Baca Juga: Pertahankan Sekolah PAUD, Warga Pancoran Diserbu Ormas, 22 Orang Luka-luka

“Sebenarnya masih ada 209 KK lainya tapi ada yang masih ikut saudaranya, ada juga yang kos. Tapi kalau di sini mereka benar-benar tidak ada tempat tinggal. Tidur juga seadanya di sini. Koyo pindang (seperti ikan pindang) orang menyebutnya. Siang kepanasan, malam kedinginan karena tempatnya ruang terbuka,” ucapnya sambil mengelus dada.

Mulai Terserang Penyakit

Salah satu warga lainya, Pipi (32) mengatakan kondisi warga saat ini mulai terserang penyakit. Terutama kepada anak-anak balita. Menurutnya, jika ada satu yang terkena flu maka yang lain cepat tertular.

“Karena kondisinya di ruang terbuka seperti ini. Tidur juga berjejer. Paling rentan anak kecil saat satu kena (penyakit flu) yang lain cepat tertular,” ucapnya sambil menggendong anaknya.

Menurut Joko dan Pipi, warga masih berharap kepada pemerintah untuk memenuhi hak – haknya sebagai warga negara. Mereka ingin hak mereka dikembalikan seperti sedia kala.

“Ya kalau saya peribadi berharap ingin nertahan di sini sampai kita dikemablikan hak-hak kami itu aja. Warga yang penting kembalikan hak hak kami yang jelas kemarin atas penggusuran sepihak kita lakukan somasi sekali, itu pun pihak pengembang tidak bisa menunjukkan sertifikat yang mereka klaim,” ucapnya.

Load More