SuaraJawaTengah.id - Warga Kampung Cebolok, Kelurahan Sambirejo, Gayamsari, Kota Semarang terpaksa harus mengungsi di tempat pemakaman atau kuburan. Hal itu karena mereka menjadi korban penggusuran.
Diketahui, mereka adalah korban penggusuran yang terjadi pada Selasa 18 Februari 2021 lalu. Rumah mereka sudah rata dengan tanah untuk dibangun kawasan perumahan di tengah Kota Semarang.
Untuk bertahan bertahan hidup, mereka mengungsi di tempat seadanya. Mereka menempati sebuah bangunan gazebo beratap seng berukuran 10×10 meter di komplek makam bernama Mbah Siwalan, Kelurahan Siwalan Kota Semarang.
Dilansir dari Wartajateng.id, Perwakilan warga kampung Cebolok, Joko Setyo mengatakan bahwa warga yang mengungsi di tempat makam tersebut sudah berlangsung selama satu bulan sejak insiden penggusuran pada akhir Februari lalu.
Baca Juga: Dilempar Batu hingga Molotov, Warga Pancoran Ngaku Diserang Ormas Bayaran
Mereka menempati tempat itu karena sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali pakaian yang melekat dan beberapa pakaian yang berhasil di selamatkan.
“Kami sudah mengungsi hampir satu bulan lalu. Setelah kejadian penggusuran sepihak pada 18 Februari 2021 lalu. Total warga yang masih bertahan 25 KK untuk jiwanya sekitar 90-100yang mengungsi di makam ini,” ucapnya di Semarang, Senin (23/3/2021).
Joko mengatakan, untuk kebutuhan pokok sehari-hari, warga mendapat bantuan makanan dari dermawan yang peduli dengan kondisi warga. Selain itu, untuk keperluan MCK hanya mengandalkan satu kamar mandi yang digunakan untuk semua orang yang mengunjungi di tempat tersebut.
“Untuk mencukupi makan sehari-hari kami bersyukur dikasih orang dermawan ketika ada yang ngasih bantuan. Selain itu untuk kebutuhan MCK hanya ada satu digunakan secara bergantian,” ucapnya.
Ia mengatakan, warga yang mengungsi di makam tersebut adalah mereka yang benar -benar tidak punya tempat tinggal. Untuk sewa kos juga sudah tidak mampu.
Baca Juga: Pertahankan Sekolah PAUD, Warga Pancoran Diserbu Ormas, 22 Orang Luka-luka
“Sebenarnya masih ada 209 KK lainya tapi ada yang masih ikut saudaranya, ada juga yang kos. Tapi kalau di sini mereka benar-benar tidak ada tempat tinggal. Tidur juga seadanya di sini. Koyo pindang (seperti ikan pindang) orang menyebutnya. Siang kepanasan, malam kedinginan karena tempatnya ruang terbuka,” ucapnya sambil mengelus dada.
Berita Terkait
-
Meriahnya Kirab Budaya Dugderan Sambut Ramadan di Semarang
-
Korupsi Meja Kursi SD, Wali Kota Semarang dan Suami Diciduk KPK
-
Dibui Bareng Suami Gegara Korupsi, Mbak Ita Raih Upeti Rp2,4 M dari Iuran Sukarela Pegawai Bapenda Semarang
-
Ditahan KPK, Ini Potret Mbak Ita dan Suami Pakai Rompi Oranye dan Tangan Diborgol
-
Kompak Tersangka, Walkot Semarang Mbak Ita dan Suami Resmi Ditahan KPK
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Pemprov Jateng Siap Gelontor Bantuan Keuangan Desa Sebanyak Rp1,2 Triliun
-
Semen Gresik dan Pemkab Blora Teken Kerjasama Pengelolaan Sampah Kota Melalui Teknologi RDF
-
10 Tips Menjaga Semangat Ibadah Setelah Ramadan
-
7 Pabrik Gula Tua di Jawa Tengah: Ada yang Jadi Museum hingga Wisata Instagramable
-
Jateng Menuju Lumbung Pangan Nasional, Gubernur Luthfi Genjot Produksi Padi 11,8 Juta Ton di 2025