SuaraJawaTengah.id - 'Badai pasti berlalu' itulah kata-kata yang dipegang M Syafiun Najib penjual hiasan dinding di Kota Semarang. Satu tahuh terakhir dia sempat kalut, kaget karena terkena badai PHK di perusahaannya.
Bulan pertama pandemi Covid-19 dia di-PHK, Najib sempat bingung. Tabungannya terkuras habis untuk biaya operasional selama bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri tahun 2020 yang lalu.
Tak ada hujan tak ada badai, tiba-tiba dia dipecat begitu saja dengan alasan pandemi. Hal itulah yang membuatnya kaget dan tak mempunyai persiapan.
"Waktu itu hampir 50 persen pekerja di perusahaan saya diPHK karena pandemi. Saya sendiri tak menyangka hal itu. Uang sudah habis untuk keluarga," jelasnya saat ditemui di tokonya Ngaliyan, Kota Semarang, Kamis (1/4/2021).
Hal itu tak membuat Najib lantas putus asa dan berserah. Beberapa bulan dia sempat kalut, akhirnya dia bangkit dan memutuskan untuk berbisnis hiasan dinding yang saat ini sudah terjual hingga luar daerah.
"Akhirnya saya memutuskan untuk berbisnis hiasan dinding ," ujarnya.
Sebenarnya, bisnis hiasan dinding sudah dia lakoni sejak mahasiswa namun berhenti karena bekerja di perusahaa. Selain itu, saat itu dia mengaku tak serius berbisnis. Dia hanya mengisi waktu luang selama menjadi mahasiswa di UIN Walisongo Semarang.
"Sejak mahasiswa saya berbisnis hiasan dinding namun tak serius. Setelah kena PHK baru serius," ucapnya.
Sampai saat ini, bisnis hiasan dinding yang dia geluti omestnya sudah mencapai puluhan juta dalam satu bulan. Penghasilannya kini lebih besar ketika dia mashig menjadi pekerja kantoran.
Baca Juga: Resiliensi Diri Disebut Jadi Kunci Sukses, Apa dan Bagaimana Bentuknya?
"Dalam satu bulan bisa sampai Rp15 juta hingga Rp20 juta," paparnya.
Menurutnya, pandemi juga menjadi berkah tersendiri baginya. Sejak pandemi, banyak orang yang beli hiasan dinding kepadanya melalui online melalui website dipajang.id.
"Mayoritas itu melalui online malahan," imbuhnya.
Bahkan, dia sudah mengirim hiasan dinding hingga Aceh sampai Papua. Terkadang, dia juga bingung karena harga hiasan dinding dengan biaya onkir ke daerah tersebut lebih mahal ongkirnya.
"Kalau yang paling jauh itu kia ngirim ke Aceh dan juga Papua. Padahal jika dibandingkan onkos kirimnya sebenarnya lebih mahal dari barang yang dibeli," terangnya.
Kontributor : Dafi Yusuf
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan