SuaraJawaTengah.id - Nahdlatul Ulama (NU) memiliki basis massa atau jamaah yang secara jumlah terbesar di Indonesia. Sementara di dalam NU, kader yang memiliki indeks ideologi tinggi adalah pada Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
Namun, Rois Syuriah Pengurus Wilayah (PW) NU Jateng, Ubaidillah Shodaqoh menyebut diantara Organisasi Massa (Ormas) Islam yang ada d Indonesia, NU memiliki indeks ideologi sangat rendah.
Untuk itulah para pengurus NU harus mulai sadar untuk meningkatkan ideologi organisasi.
“Bahkan cenderung indeks ideologi ini tidak dimiliki para pengurus. Baik di tingkat tanfidziah, Gerakan Pemuda Ansor maupun badan otonom atau banom lainnya di Nahdlatul Ulama,” tegas Ubaidillah saat memberikan tausiah di Pelantikan dan Rapat Kerja MWC NU Kaliwungu di PP Aris Krajan Kulon Kaliwungu Minggu (4/4/2021) seperti dilansir AyoSemarang.com--jaringan Suara.com, Senin (5/4/2021).
“Mereka (GP Ansor) tidak dibayar, tapi siap berkorban untuk berjuang di NU dan membela Kiai dan Ulama NU,” imbuhnya.
Bahkan sejara jumlah, kader Banser ini jumlahnya sangat banyak. Yakni tercatat lebih dari delapan juta personel. Jumlah tersebut melebihi jumlah personel yang dimiliki oleh TNI dan Polri.
“Bahkan jika keduanya digabungkan, masih kalah banyak dengan personel Banser,” akunya.
Makanya, menjadi PR bagi pengurus NU untuk meningkatkan Ideologi Organisasi NU. Yakni dengan Pendidikan Kader Penggerak (PKPNU). Ulama harus berada didepan sebagai pencerah ideologi NU.
“Harus diberikan pemahaman tentang organisasi lain diluar NU,” katanya.
Baca Juga: Tanpa Pengacara di Sidang, Gus Nur Bacakan Pleidoi Secara Virtual
Peningkatan Ideologi ini menurutnya penting untuk menjaga tradisi dan ajaran NU yang selama ini ada di masyarakat. Terlebih dengan UU Omnibus Law yang telah disahkan. Menurutnya dengan UU tersebut nantinya pendidikan dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia sebagai bagian dari investasi.
"Pendidikan sudah dianggap investasi ekonomi. Selain itu pendidikan dari luar negeri juga harus diantisipasi. Sebab tentu membawa pengaruh budaya asli dari negeri asalnya,” tambahnya.
Padahal NU selama ini mengajarkan pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan. Yakni untuk mendalami ilmu agama dan kebaikan akhlak. “Bahkan guru-gurunya rela tidak mendapatkan gaji,” tandasnya.
Ketua Tanfidziyah MWC NU Kaliwungu, KH Mohamad Abbas mengatakan salah satu program kerja yang akan dilakukan NU Kaliwugu adalah peningkatan ideologi Ahli Sunnah Waljamaah. Yakni melalui Lembaga Dakwah (LD) NU dan Forum Bahtsul Masail.
“Kami akan adakan kajian-kajian ke-NU-an seperti kajian Kitab karya Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, Imam Syafi’i dan sebagainya. Selain itu membentengi masyarakat dari gerakan radikal dengan pengajian dan aksi sosial,” imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Para Perantau Bangun Kampung Halaman
-
Geser Oleh-Oleh Jadul? Lapis Kukus Kekinian Ini Jadi Primadona Baru dari Semarang
-
10 Nasi Padang Paling Mantap di Semarang untuk Kulineran Akhir Pekan
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan