SuaraJawaTengah.id - Momen bulan Ramadhan memang selalu menimbulkan kerinduan bagi umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di nusantara. Apalagi, banyak kuliner yang hanya dapat dijumpai di bulan penuh ampunan ini.
Di Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Pati, misalnya ada botok masin yang hanya bisa ditemui saat bulan puasa. Berbeda dengan botok pada umumnya, lauk ini berbahan baku masin.
Masin sendiri adalah nasi sisa yang telah melalui proses fermentasi secara alami, tanpa bahan campuran. Caranya, nasi sisa didiamkan selama dua hari dua malam.
Proses pembuatan botok masin pun cenderung mudah, pertama siapkan masin, parutan kelapa, petai cina, udang, cabai, dan bumbu-bumbu botok pada umumnya.
Kemudian campur sampai merata bahan-bahan tersebut hingga tercampur rata. Setelah itu, bungkus dengan daun pisang dan rekatkan dengan potongan lidi.
Setelah semuanya siap, kukus dengan api sedang selama kurang lebih 30 menit. Selanjutnya angkat botok dan tiriskan.
Botok masin pun siap dihidangkan sebagai teman nasi putih, sayur bening, dan sambel terasi untuk teman berbuka puasa.
Makanan khas Pati ini, memiliki rasa yang cukup istimewa. Pasalnya selain rasa pedas, gurih, juga terasa manis dan sedikit asam yang dihasilkan dari masin. Dan sangat cocok untuk hidangan berbuka.
Di Pagerharjo, botok masin selalu menjadi menu andalan saat ramadan. Mengingat pada bulan suci banyak nasi sisa. Sehingga oleh masyarakat dimanfaatkan untuk membuat masin.
Baca Juga: Anti Mainstream, Pria ini Buat Kaligrafi dari Limbah Bambu dan Kayu
Uniknya kuliner ini hanya dapat dijumpai di Desa Pagerharjo dan sebagian kecil daerah di sekitarnya.
Sehingga tidak semua masyarakat di Kabupaten Pati, akan nikmatnya hidangan berbuka puasa satu ini.
“Setahu saya, botok masin tidak ada yang jual. Dan hanya dapat dijumpai di sini. Iya, menu khas saat puasa. Seminggu sekali, kami buat botok masin untuk berbuka. Khususnya saat awal puasa,” ujar Sulistiyasih warga Dukuh Prapeyan RT 02/RW 03, Selasa (27/4/2021).
Ia mengetahui resep botok masin dari leluhurnya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi wajar, jika makanan yang biasa dijadikan lauk ini, tidak ditemui di daerah lain.
“Warisan dari mbah-mbah saya. Momen menyantap botok masin saat ramadan selalu menjadi obat rindu kebersamaan waktu saya kecil dulu,” ungkapnya.
Laili Nafisah Dewi mengatakan, jika botok masin memiliki rasa yang cukup unik. Meski terbuat dari masin, diungkapkannya jika kuliner ini tidak berbau dan malahan berbau harum.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Dari Reruntuhan Menuju Harapan, Kementerian PU Bangun Kembali Ponpes Darul Mukhlisin Pascabanjir
-
10 Wisata Jepara Terpopuler yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
BRI Blora Berbagi Kebahagiaan di HUT ke-130: Santunan untuk Anak-anak SLB Negeri Japon
-
Perbandingan Suzuki Karimun Kotak vs Hyundai Atoz Mana Lebih Cocok untuk Harian
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo