SuaraJawaTengah.id - Menjelang lebaran Hari Raya Idulfitri biasanya sudah banyak penyedia jasa penukaran uang baru. Hal ini tak terlepas dari tradisi lebaran yakni memberikan angpao kepada sanak keluarganya.
Bagi mereka yang membutuhkan uang pecahan, jasa penukaran uang baru memang menjadi alternatif sehingga seseorang tidak perlu repot-repot menukar uang di bank. Bisnis musiman ini tiap tahunnya terus menjamur dengan mematok tarif yang beragam setiap nominal penukaran uang baru tersebut.
Bisnis jasa penukaran uang ini bisa dibilang menguntungkan dan menjadi penghasilan tambahan buat bekal lebaran. Namun bagaimana Islam menilai hukum jasa penukaran uang yang setiap tahunnya terus dilakukan.
Berawal dari pertanyaan yang dilontarkan seseorang bernama Usman kepada Buya Yahya mengenai hukum penukaran uang baru.
Baca Juga: Buya Yahya Curiga Nikita Mirzani Tak Punya Iman karena Mau Masuk Neraka
Usman bertanya, menjelang lebaran marak jasa penukaran uang baru. Lalu bagaimana hukumnya ketika uang baru yang kita tukar jumlah nominalnya tidak sama, dengan dalih itu jasa dan besaran pemotongannya ditentukan pemilik uang baru. Apakah itu termasuk riba?
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon itu langsung menyampaikan jika di dalam serah terimanya menyerahkan uang lama Rp1 juta, kemudian diberikan uang baru Rp900 ribu. Maka ini adalah riba karena ada silisih Rp100 ribu.
Sebenarnya Buya Yahya tidak melarang adanya jasa penukaran uang, akan tetapi masih banyak masyarakat belum paham mengenai praktiknya agar terhindar dari unsur riba.
Buya Yahya pun mencontohkan ketika hendak melakukan penukaran uang. Sebaiknya nominal yang ditukar dengan yang diberikan harus sama-sama utuh terlebih dahulu. Setelah itu baru sih penukar boleh memberikan uang lebih atau imbalan jasa sesuai perjanjian.
"Kalau praktiknya pengurangan langsung termasuk riba, jadi ini tidak boleh. Banyak orang yang belum menyadari dan harus waspada," ucapnya melalui channel Youtube Al-Bahjah Tv pada Kamis (06/05/2021).
Baca Juga: Nikita Mirzani Mau Masuk Neraka, Buya Yahya Serukan Jamaah Ucap Innalillahi
Jika tidak hati-hati, Buya Yahya mengkhawatirkan perbuatan yang semulanya baik malah tanpa disadari akan berujung pada kemaksiatan.
"Perbuatan baiknya itu kan seseroang menukar uang baru untuk di kasih ke anak kecil. Tapi kalau caranya salah dengan cara riba maka itu dosa," jelasnya.
Dengan demikian, Buya Yahya berpesan untuk berhati-hati dalam praktik penukaran uang tersebut. Hal itu supaya niat baik kita untuk memberi tidak menjadi sia-sia karena riba.
Kontributor: Fitroh Nurikhsan
Berita Terkait
-
Hukum Menunda Bayar Utang dalam Islam: Wirda Mansur Viral Ditagih Member MAB
-
Pesan Cermat Buya Yahya Soal Hari Valentine Bagi Muslim: Tidak Ada Hubungannya dengan Agama
-
Viral Istri Pulangkan Suami ke Ibunya, Mana yang Harus Diutamakan Pria dalam Rumah Tangga?
-
Sering Lupa Rakaat Saat Shalat? Ini Solusi dari Buya Yahya
-
Hukum Pacaran Beda Agama Menurut Islam, Begini Pandangan Buya Yahya
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Tenang! Pasokan LPG 3 Kg di Pantura Jawa Tengah Stabil, Warga Tak Perlu Khawatir Jelang Lebaran
-
Dari Hobi Coklat Jadi Omzet Jutaan: Simak Kisah Inspiratif Cokelat Ndalem
-
Hujan Ringan Diprakirakan Guyur Semarang, Warga Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
-
Daftar Kekayaan Ahmad Luthfi, Gubernur Jawa Tengah Terpilih Periode 2025-2030
-
Jelang Pelantikan Gubernur, Ahmad Luthfi: Tidur Cukup dan Pikiran Bahagia