SuaraJawaTengah.id - Warga di Pedurungan Tengah, Pedurungan, Kota Semarang mempunyai tradisi untuk untuk memperingati Syawalan. Warga setempat merayakan Syawalan dengan cara weh-wehan atau saling memberi ketupat jembut.
Perayaan tersebut dimulai sejak pagi buta. Warga yang berkumpul didominasi oleh anak-anak yang berbaris rapi sejak jam 5 pagi. Adapun orang tua, mereka bisa dipastikan sedang mengantar anak atau cucu mereka.
Nantinya ketupat jembut itu diberikan kepada anak-anak yang berkumpul, selanjutnya anak-anak tersebut memberikan ketupat tersebut kepada sanak saudara atau tetangga dengan maksut agar warga sekitar sama-sama merasakan perayaan Syawalan dengan memakan ketupat jembut.
Jika dilihat, ketupat jembut berbeda pada kupat lebaran pada umumnya. Ketupat ini memiliki rasa yang kuat karena sudah diberi bumbu saat pengolahan. Selain itu dinamai kupat jembut karena isiannya yang berupa tauge sampai keluar dari bungkus ketupat.
Ketua RW 1 Pedurungan Tengah, Wasihi Darono mengatakan, bahwa tradisi bagi ketupat ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Warga sekitar tak banyak yang tau arti dibalik tradisi weh-wehan ketupat jembut itu.
"Hanya sedikit yang tau, katanya simbol perjuangan," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Kamis (20/5/2021).
Dia menyebut, tradisi itu memang dilakukan orang dewasa dan diperuntukan untuk anak-anak sebagai simbol untuk meneruskan tradisi ke generasi yang lebih muda. Selain mendapatkan Ketupat Jembut, anak-anak ini juga menerima uang fitrah.
"Kalau yang tak bisa memberi ketupat jembut biasanya memberikan uang fitrah," ujarnya.
Bagi warga yang penasaran dengan ketupat kembut tak perlu khawatir karena tradisi tersebut diadakan setiap satu tahun satu kali ketika Syawalan. Apalagi sampai saat ini warga sekitar antusiasme untuk mengikuti tradisi tersebut cenderung naik.
Baca Juga: Dimaki-maki Warganet, Wali Kota Semarang Langsung Beri Respon Telak
"Alhamdulillah untuk antusiasme warga cenderung naik karena tradisi ini diperuntukan untuk anak-anak," ucapnya.
Dia berharap agar warga bisa menjaga tradisi weh-wehan ketupat jembut. Menurutnya, tradisi tersebut merupakan tradisi yang baik dan harus dijaga. Dengan berjalannya tradisi weh-wehan tersebut, warga sekitar diharapkan bisa semakin kompak.
"Tradisi baik seperti itu harus kita urri-uri karena bisa merekatkan hubungan antar warga," imbuhnya.
Perwakilan warga, Tri Martiningsih berharap agar tradisi weh-wehan ketupat jembut dapat terus dilakaukan. Menurutnya tradisi tersebut adalah tradisi baik yang harus dijaga.
"Saya kesini mengantar cucu saya. Saya mendukung tradisi seperti ini," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota