Ronald Seger Prabowo
Selasa, 13 Juli 2021 | 12:14 WIB
Relawan pengawalan ambulan (escorting ambulance) dibutuhkan selama kesadaran pengguna jalan untuk mengutamakan kendaraan darurat masih rendah. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

Kecepatan mengantar ambulan juga bergantung pada jenis motor yang digunakan. Seluruh relawan escorting ambulance dibekali kemampuan safety riding dan etika berkendara di jalan.

Demi keamanan, motor yang digunakan relawan escorting ambulance tidak boleh dimodifikasi berlebihan.   

“Semuanya yang penting safety. Kita ada latihan safety riding minimal setahun sekali. Dulu pernah ada pendampingan pelatihan juga dari Polres. Kalau motor besar seperti punya saya, dulu pernah emergency mengawal ambulan sampai 115-120 kilometer per jam. Situasinya memang darurat," ucapnya.

Relawan escorting ambulan secara situasional sering menerima tugas tak terduga di jalanan. Pernah suatu ketika, Widhi terpaksa mengawal ambulan sambil memboncengi pacarnya.

“Kalau mendadak di jalan misal ada ambulan, kita dengarkan kode bunyi sirine. Misal bawa pasien darurat kita langsung ambil jarak 100 meter di depan ambulan, buka jalan,” kata Widhi.

Pacarnya tak keberatan. Keluarga Widhi juga paham risiko yang harus ditanggungnya selama menjadi relawan pengawalan ambulan.

Selain risiko kecelakaan di jalan, tugas pengawalan ambulan sekarang juga dihantui terpapar Covid. Tugas mereka yang dekat dengan petugas medis dan rumah sakit, rawan tertular penyakit.

Widhi pernah punya pengalaman mengantar pasien suspek Covid ke Rumah Sakit Daerah (RSUD) Merah Putih Magelang. Pasien adalah salah satu pengungsi Merapi di posko pengungsian Deyangan.  

“Sama yang ngurus pengungsinya dikasih tahu tolong di-escort ini ada yang suspek (Covid). Yang minta tolong driver ambulan, sudah pakai APD. Kami antar sampai masuk rumah sakit, tapi masih jaga jarak. Kalau takut sih iya. Tapi gimana ya kami kan kegiatan di lapangan," jelasnya.

Baca Juga: Dirut RSUP Dr Sardjito dan RSJ Prof Dr Soerojo Magelang Ditukar Posisi

Soal keselamatan berkendara jadi yang utama bagi para relawan pengawal ambulan. Etika sopan santun dan tidak ugal-ugalan saat membuka jalan juga sama pentingnya.

Meski di beberapa wilayah Polda melarang pengawalan ambulan oleh warga sipil, fungsi mereka tetap dibutuhkan. Terlebih disaat kesadaran pengguna jalan soal mengutamakan kendaraan darurat masih minim.

Diakhir obrolan kami, Widhi sempat melontarkan niatnya untuk melanjutkan kegiatan menjadi relawan pengawalan ambulan di tempatya bekerja nanti di Kerawang.

“Kalau pas lagi sama keluarga bawa mobil, terkadang ada rasa pengen turun dari mobil, misal lihat pas macet ada ambulan kejebak. Ada rasa pengen turun dari mobil dan buka jalan untuk ambulan. Sudah reflek," pungkasnya.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More