Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 20 Juli 2021 | 15:28 WIB
Foto motor Kades Birit Klaten angkut peti mati. [Solopos.com/Facebook]

SuaraJawaTengah.id - Kades Birit, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah, Sukadi Danang Witono, mendadak viral. Ia membawa peti mati dengan kenadaraan dinasnya. 

Namun ternyata, Kades Birit Klaten itu selalu menyumbangkan peti mati gratis untuk warganya sejak menjabat.

Oleh sebab itu, Kades Birit itu rela menempuh perjalanan cukup jauh dari Wedi ke Pasar Kembang Kemalang untuk membeli peti mati yang hendak disumbangkan untuk warganya yang membutuhkan.

Sebelumnya, Danang membuat heboh warganet dengan aksinya mengangkut peti mati kosong menggunakan sepeda motor dinasnya pada Senin (19/7/2021). Aksinya itu diabadikan warga dalam foto viral yang diunggah di pemilik akun Facebook Tuginem Spd di grup Facebook Info Seputar Klaten.

Baca Juga: Viral Warga Kepung Ambulans, Ambil Paksa Jenazah Covid-19 Lalu Bakar Peti Mati

Danang pun mengonfirmasi jika dia sendiri yang mencari peti mati dan mengendarai sepeda motor tersebut. Hal itu dia lakukan secara spontanitas setelah menerima kabar jika ada salah satu warga Birit yang meninggal dunia.

Sudah menjadi niatannya sejak awal menjabat kades membantu peti mati secara gratis yang dia beli menggunakan uang pribadi untuk warga yang meninggal dunia. Namun, pada Senin persediaan peti mati yang disiapkan sudah habis.

“Saya dapat kabar itu pukul 11.00 WIB. Kemudian saya minta tolong warga untuk mencari peti di sekitar sini tetapi tidak ada semua. Orang yang biasa saya minta bantuan ke tempat langganan di Kemalang sedang tidak ada karena baru kerja nyopir truk. Sementara, jenazah harus segera dimakamkan,” kata Danang yang menjabat Kades Birit sejak 2017 saat dilansir dari Solopos.com, Selasa (20/7/2021).

Secara spontan, Danang bergegas mengendarai sepeda motor dinasnya menuju ke salah satu pembuat peti mati di Kecamatan Kemalang.

“Lokasinya dari Pasar Kembang, Kemalang itu naik lagi. Tempatnya Pak Agus Peti. Dari awal yang mendukung saya [menjalankan niatan membantu peti mati bagi warga yang meninggal dunia],” kata Danang yang sebelumnya menjadi sopir truk pasir tersebut.

Baca Juga: Pembuat Peti Mati di Kota Mojokerto Kini Sudah Setop Layani Pesanan

Setelah mendapatkan peti mati, sang Kades bergegas kembali ke Birit. Peti mati ditumpangkan pada sepeda motor tersebut. Sekitar 25 menit perjalanan, Danang berhasil membawa peti mati ke rumah warga yang berduka.

Jenazah akhirnya bisa segera dimakamkan. Proses pemakaman dilakukan secara umum atau tanpa protokol Covid-19. Hal ini lantaran jenazah tersebut disebut bukan pasien Covid-19.

“Karena memang sudah lansia dan tidak ada keluarga yang sering berinteraksi dengan orang lain. Jadi di rumah saja,” kata dia.

Dia mengangkut peti mati kosong menggunakan kendaraan dinas itu pada Senin kemarin. Peristiwa itu terjadi setelah dia mendapatkan kabar jika ada salah satu warga di desanya yang meninggal dunia dan membutuhkan peti mati.

Danang mengaku tak kesulitan ketika mengangkut peti mati dari Kemalang ke Birit. Hal itu bukan kali pertama dia lakukan.

“Sudah kali ketiga ini. Tetapi sebelum-sebelumnya saya lakukan malam. Mohon maaf, selama saya bisa dan tidak ada kepentingan lain kenapa harus menyuruh orang lain?” kata dia saat dikonfirmasi Solopos.com, Selasa (20/7/2021).

Kades Birit itu menuturkan pilihannya mengendarai sepeda motor lantaran bisa lebih cepat menuju ke pembuat peti mati dan sesegera mungkin dibawa ke rumah duka. Terlebih, jenazah harus segera dimakamkan.

Disinggung kegiatan membantu peti mati bagi warga Birit yang meninggal dunia, Danang mengaku sudah dia lakukan sejak setahun menjabat kades.

“Sudah niat saya kalau jadi kades, saya bantu warga saya dengan memberikan peti kepada warga yang kesusahan, siapapun,” tutur dia.

Peti mati yang dia sumbangkan dibeli dari salah satu produsen peti mati di Kecamatan Kemalang. Mengetahui niatan Danang membeli peti untuk membantu warga yang kesusahan, pemilik usaha memberi keringanan dengan pembayaran bisa dilakukan di lain hari seperti saat memasuki masa panen padi.

Danang menuturkan biasanya dia menyiapkan tujuh peti mati ditempatkan di kantor desa dan bisa diambil sewaktu-waktu ketika ada warga yang meninggal dunia. Peti baru habis setelah berbulan-bulan.

Namun, stok peti mati yang disiapkan Danang belakangan cepat habis menyusul banyaknya warga yang meninggal dunia sejak pandemi Covid-19 baik yang meninggal dunia karena terkonfirmasi positif Covid-19 maupun tidak.

“Kalau dulu [sebelum ada pandemi], terkadang dua atau tiga bulan hanya ada satu warga meninggal dunia. Kalau selama PPKM darurat ini sudah ada 10 warga kami yang meninggal dunia dengan protokol Covid-19 serta tidak,” kata dia.

Load More