SuaraJawaTengah.id - Perajin peti jenazah di Semarang mengaku sempat mengalami peningkatan order beberapa waktu yang lalu. Hal itu membuat mereka kerap kali harus bekerja ekstra hingga lembur untuk menyelesaikan pesanan.
Selain lembur, perajin peti jenazah masih dihadapkan dengan kendala lain. Emy Widiarsih, pemilik toko peti jenazah Cahaya Nusantara mengayakan, kendala yang mereka alami di antaranya ketersediaan bahan baku, pengerjaan yang dituntut cepat, hingga tenaga pekerja yang terbatas menjadi diantaranya.
Di tengah naiknya order, ia mengatakan hal tersebut terkadang membuatnya harus memutar otak dalam produksinya.
“Selain bahan baku peti jenazah, dan tenaga pekerja, terlambatnya pembayaran dari beberapa pihak rumah sakit yang order ke kami juga menjadi kendala. Karena mereka ada yang menerapkan sistem termin atau pembayaran berjangka," ujarnya, Sabtu (24/7/2021).
Emy menambahkan, keterlambatan pembayaran kerap menjadi perhatiannya. Mengingat, dirinya juga harus menyiapkan sejumlah hal dalam proses produksi peti jenazah ke depannya.
"Ya kadang kita harus keluar modal lagi dulu buat proses produksi. Ya kira-kira masih 50% lah kalau ditotal, pembayaran yang sudah kita terima," imbuhnya.
Dalam pembuatan peti jenazah, Emy menerangkan, jika adanya pandemi Covid-19 mengharuskan ia dan pekerjanya membuat peti jenazah khusus bagi jenazah positif Covid-19.
"Contohnya untuk peti jenazah Covid-19 yang sudah dilengkapi plastik bagian luar dan plastik untuk jenazah ditambah 4 buah kayu yang dipakai jenazah menghadap ke kiblat, kalau yang muslim, harganya bisa naik 2 kali lipat. Jika peti biasa hanya dibanderol Rp 800.000, peti jenazah Covid-19 harganya dipatok sampai 2 kali lipatnya," terangnya.
Terkait penjualan peti jenazah di tokonya, saat ini cenderung menurun hingga 80%.
Baca Juga: Yayasan SPS Surabaya Siapkan Gedung Sekolahnya Buat 100 Warga yang Mau Isoman
“Biasanya satu rumah sakit memesan 19 sampai 20 peti jenazah, tapi sekarang hanya 2 sampai 4 setiap hari,” katanya.
Emy bercerita, ketika angka kematian warga Semarang meningkat akibat terpapar Corona, ia dan 2 perajinnya harus lembur untuk produksi peti jenazah.
"Pas banyak warga meninggal kemarin-kemarin itu kita sering lembur. Dua armada ambulans milik kita gak pernah berhenti, pagi sampai malam muter terus ngirim pesanan peti ke rumah sakit swasta, rumah sakit negeri, yayasan, dan lainnya," ucapnya.
Berita Terkait
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Jaksa Bongkar 3 Nama Titipan Walkot Semarang untuk Nadiem di Kasus Pengadaan Chromebook
-
Tol Semarang-Demak Seksi I Terus Dikebut, Ditargetkan Beroperasi 2027
-
Saat Pesisir Tergerus, Bagaimana Karbon Biru Bisa Jadi Sumber Pemulihan dan Penghidupan Warga?
-
Kisah Perempuan Tambakrejo Bangun Ketangguhan Pesisir Lewat Olahan Mangrove
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan