Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 27 Agustus 2021 | 14:45 WIB
Masyarakat memenuhi Jembatan Plipiran menikmati makanan saat syukuran, Banjarnegara Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021) [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Pemandangan tak biasa terlihat di sebuah jembatan di Kabupaten Banjarnegara yang dipenuhi oleh puluhan warga, Jumat (27/8/2021).

Usut punya usut, saat itu masyarakat tengah menggelar syukuran dengan makan bersama di Jembatan Plipiran, Banjarnegara.

Biasanya, acara makan bersama dalam rangka syukuran digelar di temat makan atau dalam gedung. Namun berbeda dengan masyarakat di Banjarnegara yang menggelar acara syukuran dan makan bersama di jembatan sepanjang 60 meter, dengan lebar 8 meter dan tinggi 15 meter.

Sambil membawa nasi rames dan tumpeng, masyarakat dari dua desa dari dua kecamatan berbondong-bondong mendatangi Jembatan Plipiran yang baru saja selesai dibangun.

Baca Juga: Pengembangan Dugaan Korupsi di Banjarnegara, KPK Panggil Dua Saksi Mantan Pejabat Penting

Dengan melaksanakan protokol kesehatan, masyarakat duduk berjarak dan tak lupa memakai masker saat acara digelar.

Dengan menggelar tikar biru, masyarakat makan bersama sambil menikmati pemandangan indahnya bukit Panongan yang berada di sisi jembatan plipiran.

Tidak hanya itu, bangunan jembatan yang menghubungkan dua kecamatan tersebut terletak tepat di atas sungai dengan batu batu besar sebagai hiasan.

Sebelum acara makan bersama dimulai, masyarakat melaksanakan doa bersama. Kemudian, pemotongan nasi tumpeng dilakukan sebagai simbol acara makan bersama dimulai.

Akses Penghubung

Baca Juga: KPK Panggil Dua Pejabat Kabupaten Banjarnegara Sebagai Saksi Kasus Korupsi

Jembatan plipiran berada di perbatasan antara Kecamatan Madukara dengan Pagentan. Sehingga, jembatan tersebut merupakan satu satunya akses penghubung antara dua daerah yang baru dibangun secara permanen.

Sebelumnya, masyarakat harus meniti jembatan bambu yang hanya bisa dilewati oleh sepeda dan pejalan kaki. Sehingga, jika membawa kendaraan motor atau mobil, masyarakat harus memutar untuk mencapai antarkecamatan.

Salah satu warga Desa Limbangan, Kecamatan Madukara, Kartijo Pujianto (51) mengatakan sebelum dibangun Jembatan Plipiran, warga harus memutar jalan untuk bisa menuju ke Kecamatan Pagentan, Pejawaran atau Batur. Jalur yang harus ditempuh untuk mencapai daerah tersebut tiga kali lebih jauh.

"Dulunya sepi sekali jalan ini karena harus menyeberangi sungai dan bukit, jalan juga rusak, dan ini baru diperbaiki. Sebelumnya, jalan ini setapak, cuma bisa dilewati orang, kalau motor ndak bisa," ungkap dia, Jumat (27/8/2021).

Ia juga mengungkapkan bahwa sebelumnya belum pernah ada pembangunan atau perbaikan jalan oleh pemerintah. Sehingga, untuk aktivitas ekonomi masyarakat sekitar terhambat.

"Saya pernah mbuka jalan dulu tahun 90-an, setiap minggu ada gerakan bareng warga. Kalau untuk jalur ekonomi harus muter," katanya.

Gelaran makan bersama tersebut dilakukan warga dalam rangka bersyukur dengan adanya akses yang selama ini menjadi impian. Dengan adanya jembatan plipiran ini, masyarakat lebih mudah dan cepat menjangkau antar daerah.

Usai makan bersama, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono menegaskan Jembatan Plipiran merupakan akses yang dibangun untuk jalur wisata dan ekonomi. Ia mengungkapkan, melalui jembatan plipiran masyarakat dapat menghemat waktu 1 jam untuk mencapai Dataran Tinggi Dieng (DTD).

"Tujuannya agar dari Singomerto sampai ke Dieng untuk mempersingkat transportasi jalur wisata dan ekonomi. Sejak merdeka tahun 45 baru kali ini merdeka. APBD ini kan uang rakyat, kita kembalikan ke rakyat," ujar Budhi yang turut hadir dalam acara syukuran.

Tak lama kemudian, Bupati mengumpulkan 12 kendaraan roda 4 atau mobil di atas jembatan untuk menguji kekuatan.

Kontributor : Citra Ningsih

Load More