“Ada yang berziarah ke Ki Gede Sala petilasannya di Sitinggil. Itu bukan makam tetapi bekas rumah Ki Gede Sala III. Kalau makamnya di timur keraton,” imbuh dia.
Ia menambahkan Ki Gede Sala I dan II memimpin sebelum Keraton Solo pindah dari Kartasura. Baru pada era Ki Gede Sala III Keraton Solo berada di Sala.
Hal itu menunjukkan Sangkrah merupakan peradaban lama, bahkan Sangkrah sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang. Dani menyebut peradaban Pajang bukan dalam artian Joko Tingkir, namun Pajang dalam arti Pengging yang berkaitan dengan Majapahit.
Ia menambahkan bisa diartikan Solo saat ini berawal dari Desa Sangkrah. Kawasan lain di sekitar Sangkrah seperti Semanggi juga masuk dalam peradaban lama. Namun, kawasan sekitar Sangkrah lain seperti Sampangan yang banyak warga dari Sampang Madura dan Kebalen kawasan warga Bali cenderung peradaban baru atau baru muncul setelah Keraton Solo berdiri.
“Manuskrip kuno disebutkan juga nama Sangkrah. Saya menemukan data nama Sangkrah di era Keraton Solo sudah berdiri. Berarti Desa Sala sudah tidak ada dan Sangkrah menjadi permukiman biasa,” imbuh dia.
Lalu, bekas-bekas bandar pelabuhan dari Semanggi ke utara arah Penjalan yang menjadi kawasan pecinan masih ada. Lokasi bandar berada di Kampung Penjalan di utara sungai Kali Pepe.
Bisnis Perniagaan Saat Tinggi
Kondisi Sangkrah saat Desa Sala sudah sangat ramai penduduk. Apalagi setelah Keraton Solo berdiri, Sangkrah semakin padat. Meskipun Desa Sala sudah tidak berdiri permukiman lama masih tetap ada.
“Sangkrah dari dulu sudah sangat padat karena dekat dengan Bandar Penjalan sebagai satelit. Barang muatan dari Semanggi kalau ke utara ya Penjalan. Bisnis perniagaan saat tinggi,” imbuh dia.
Baca Juga: Wow! Pemilih Lebih Banyak Perempuan, Wanita Punya Peluang Pimpin Kota Solo
Menurutnya pandangan premanisme di Sangkrah bisa muncul karena kepadatan penduduk. Prostitusi zaman dahulu pun muncul di kawasan itu sebelum tahun 1950–an pindah ke kawasan Silir. Jika dicermati lokasi-lokasi pusat transportasi seperti pelabuhan atau terminal terkenal erat dengan premanisme.
Keterkaitan Sangkrah dan Semanggi hanya jalur perdagangan saja. Ia meyakini Sangkrah dan kawasan sekitar sudah padat sejak dahulu. Meskipun selalu ada tokoh yang memimpin, strata masyarakat di kawasan itu sama.
Berita Terkait
-
Api Lahap Pemukiman Padat Penduduk di Tambora
-
Tak Gentar Dijadikan Tersangka dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Roy Suryo Senggol Gibran
-
Beda dengan Pati, PBB di Solo hampir Naik 400 Persen di Era Gibran
-
Eks Sekda: Selama di Solo Jokowi Tak Pernah Ikut Reuni UGM, Teman Kampus Juga Tak Ada
-
Eks Sekda Jokowi Akui Aneh Gibran Bisa Terpilih jadi Wali Kota Solo
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota