SuaraJawaTengah.id - Pembantaian massal anggota, dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) serta orang-orang yang dituduh komunis pasca peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 menjadi salah satu cerita kelam dalam sejarah Indonesia. Cerita kelam pada kurun waktu 1965-1966 itu juga terjadi di Kota Tegal.
Menurut sejarawan Pantura Wijanarto, Tegal termasuk daerah merah sehingga turut menjadi sasaran tindakan pembersihan yang dipimpin Mayjen Soeharto usai peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.
"Di Tegal, kelompok-kelompok kiri yang dianggap komunis cukup banyak di pabrik gula, pabrik tekstil. Mereka turut menjadi sasaran pembersihan," ujarnya, Senin (13/9/2021).
Penumpasan anggota, simpatisan dan orang-orang yang dituduh PKI itu dilakukan dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan menggunakan tangan kelompok masyarakat yang berseberangan dengan ideologi komunis.
Baca Juga: Cerita PKI Menangi Pemilu 1955 Hingga Kuasai DPRD Yogyakarta Selama Satu Dasawarsa
"Untuk menandingi dan membersihkan buruh-buruh yang dianggap PKI, buruh-buruh lain dilatih menjadi Pam Swakarsa. Mereka mengeksekusi langsung. Ladang pembantaiannya di wilayah Martoloyo," kata Wijanarto.
Mayat orang-orang yang dieksekusi, kata Wijanarto, ada yang dibuang ke sungai Ketiwon. Sungai besar di perbatasan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal itu bermuara ke laut.
"Jumlahnya berapa yang jadi korban memang tidak ada data pastinya, namun saat itu dari jumlah buruh yang ada, banyak yang hilang, sekitar ratusan," ujarnya.
Menurut Wijanarto, pembantaian massal tak hanya menyasar kalangan buruh, tetapi juga menimpa kalangan guru yang dianggap bagian dari PKI. "Guru-guru juga jadi korban. Mereka guru yang ikut PGRI Non-Vaksentral (organisasi guru yang dibentuk PKI)," ucapnya.
Selain dibunuh, orang-orang yang dianggap komunis di Tegal juga ada yang ditahan di sejumlah tempat, seperti di Sukabumi, Pulau Nusakambangan, dan Pulau Buru. "Yang mengerikan ya yang dieksekusi langsung oleh Pam Swakarsa," kata Wijanarto.
Baca Juga: Partai Politik di Bali Sekitar 1965: Gubernur Sutedja Berseteru dengan Wedastera Suyasa
Menurut Wijanarto, saat masih eksis, PKI juga memiliki kantor di Tegal yang menempati sebuah bangunan di Jalan AR Hakim, Kota Tegal. Setelah tak lagi menjadi kantor PKI, bangunan itu digunakan sebagai kantor bank.
"Bangunan itu dulunya bekas Bank Summa. Itu saksi mata mengatakan, sebelum jadi bank, markasnya PKI di situ," katanya.
Wijanarto mengatakan, keberadaan kaum kiri di Tegal juga bisa ditarik ke masa sebelum kemerdekaan, tepatnya pada 1926. Pada tahun itu, terdapat sekitar 3.000 orang di Tegal yang menjadi anggota Sarekat Rakyat dan PKI.
"Buktinya, pada masa itu ada pemberontakan kaum kiri terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Kaum kiri itu berasal buruh di pelabuhan, pabrik gula, percetakan, listrik dan kereta api. Kemudian ada Peristiwa Tiga Daerah, itu juga ada keterlibatan orang-orang kiri," jelasnya.
Wijanarto mengungkapkan, salah satu tokoh pergerakan kaum kiri di Tegal yakni Mohammad Nuh. Tokoh ini aktif di PKI serta ikut dalam pergerakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926 dan Peristiwa Tiga Daerah pada 1945 yang meletus di Tegal, Brebes dan Pemalang.
"Mohammad Nuh juga menjadi korban pembersihan orang-orang PKI di berbagai daerah pada tahun 1965 karena dituding terlibat PKI. Padahal setelah tahun 1945, dia sudah mundur dari aktivitas politik dan membuka toko kacamata. Dia ikut dibunuh karena orang mengira dia terlibat G30S 1965," ujarnya.
Kontributor : F Firdaus
Berita Terkait
-
Disiapkan Tempat Sembunyi Neneknya, Ini Cerita Anies Baswedan Soal PKI
-
Puluhan Kapal Nelayan di Tegal Dilalap Si Jago Merah
-
Pantai Tegal Wangi, Menikmati Keindahan Bali yang Tersembunyi secara Gratis
-
Biodata Dedy Yon Supriyono, Pingsan saat Kampanye Akbar hingga Muntah-muntah
-
Sosok Istri Dedy Yon Supriyono, Calon Wali Kota Tegal yang Pingsan Saat Kampanye
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Tenang! Pasokan LPG 3 Kg di Pantura Jawa Tengah Stabil, Warga Tak Perlu Khawatir Jelang Lebaran
-
Dari Hobi Coklat Jadi Omzet Jutaan: Simak Kisah Inspiratif Cokelat Ndalem
-
Hujan Ringan Diprakirakan Guyur Semarang, Warga Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
-
Daftar Kekayaan Ahmad Luthfi, Gubernur Jawa Tengah Terpilih Periode 2025-2030
-
Jelang Pelantikan Gubernur, Ahmad Luthfi: Tidur Cukup dan Pikiran Bahagia