SuaraJawaTengah.id - Ketua Committee Central Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit ditangkap di Solo pada 22 November 1965 oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Besoknya, pada 23 November 1965, Aidit dieksekusi mati di Boyolali, Jawa Tengah.
Salah seorang veteran Sanjoto (91) menceritakan detik-detik DN Aidit sebelum di eksekusi mati di Boyolali. Saat itu, kondisi di beberapa daerah Indonesia mencekam karena banyak tentara yang memburu gembong PKI itu.
Salah satu daerah yang menjadi incaran adalah Kota Semarang. Hal itu disebabkan karena Kota Semarang mempunyai basis PKI yang cukup banyak.
Karena itu, Sanjoto diperintahkan untuk menggerebek salah satu rumah yang disinyalir menjadi tempat persembunyian DN Aidit.
Saat melakukan operasi, dia berkunjung ke Kodim (0733/BS) untuk mencari informasi keberadaan DN Aidit dan rombongannya. Dari situlah dia mendapatkan lokasi keberadaan DN Aidit dan rombongan.
"Setelah mendapatkan informasi saya lari ke sini sama Pak Wiradi ternyata bendera-bendera PKI di tempat tersebut banyak," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (28/9/2021).
Namun sayang, kedatangan Sanjoto terlambat. DN Aidit ternyata sudah pergi dua jam sebelum Sanjoto dan teman-temannya datang. Yang tersisa hanyalah bendera PKI yang terpasang di beberapa sudut rumah tersebut.
Disinyalir, rumah persembunyian DN Aidit itu merupakan kantor cabang PKI di Semarang. Dari rumah tersebut, DN Aidit dikawal menggunakan beberapa mobil dengan plat B.
"Dari sejumlah tetangga bilang kalau dua jam lalu sudah berangkat atau melarikan diri," ujarnya.
Baca Juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia
Melihat kondisi rumah yang sudah kosong, dia tak tinggal diam. Sanjoto mencoba untuk masuk ke dalam rumah tersebut. Di dalamnya, dia menemukan sebuah rute yang akan dilalui DN Aidit dari Semarang.
Ternyata, rute tersebut mudah dibaca. Dari rute itu, Sunjoto mempunyai kesimpulan jika rombongan DN Aidit bakal melarikan diri ke Kota Solo.
"Saya baca rute tersebut, akhirnya saya langsung lari menghubungi komandan saya yang ada di Solo," paparnya.
Beberapa jam berikutnya, dia sempat komunikasi dengan pimpinannya yang berada di markas Solo, saat itulah dia juga mendapatkan informasi jika DN Aidit sudah ditangkap di Solo.
"Saat saya telepon komandan saya dapat kabar, ternyata sudah diberondong ditangkap di Solo dia (DN Aidit)," ujar pria kelahiran 17 November 1930 itu.
Kini, rumah yang sempat menjadi persinggahan gembong PKI DN Aidit itu ditempati Sanjoto bersama istri dan keluarganya. Menurut pengakuannya, dirinya menempati rumah di Jalan Belimbing Raya 34 Peterongan sejak tahun 1969.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025