Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 19 Oktober 2021 | 10:34 WIB
Suami kena PHK,warga semarang ini produksi Jamu Kobe-08 (suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Hari ini cuaca Kota Semarang begitu terik. Namun, sejumlah perempuan masih semangat membuat jamu yang akan dijual ke sejumlah tempat. Mereka merupakan warga Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang.

Mayoritas mereka merupakan istri dari suami yang terdampak PHK selama pandemi. Dengan jualan jamu itu, mereka bisa bertahan agar kebutuhan sehari-hari tercukupi.

Jika dilihat, mereka mempunyai tugas masing-masing. Ada yang bertugas mengaduk jamu instan, packing hingga melayani pelanggan melalui media sosial, marketpleace maupun offline.

Meski membutuhkan uang agar "dapur tetap ngebul" saat pandemi, mereka tetap melakukan gerakan sosial untuk membantu warga yang terkena Covid-19.

Baca Juga: Akibat Pandemi, 98.001 Orang di Kota Semarang Jadi Pengangguran

Warga sekitar yang tertular Covid-19 akan diberikan jamu secara cuma-cuma hingga sembuh. Gerakan sosial itu sudah dilakukan sejak awal pandemi.

Ketua produksi Jamu Kobe-08,  Sri Muryanti mengatakan,sampai saat ini korban PHK yang tergabung dalam bisnis tersebut mencapai 40 persen.

Menurutnya, usaha jamu Kobe-08 sudah berjalan tiga tahun yakni mulai pertengahan Oktober 2018. Kini, usaha tersebut sudah mempunyai 6 varian rasa dalam bentuk botol dan instan.

“Untuk penjualannya saat ini dalam bentuk online dan offline,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (19/10/2021).

Mereka memasarkan produknya melalui media sosial dan juga beberapa toko yang tersebar di beberapa tempat. Sejauh ini, Jamu Kobe-08 juga sudah bekerja sama dengan 20 toko yang masih berada di area sekitar kecamatan Genuk.

Baca Juga: Dapat Wasiat dari Istrinya, Supir Angkot di Kota Semarang Gratiskan Tumpangan Setiap Jumat

“Kita juga buka reseller agar tetap mengeksiskan usaha jamu supaya tetap berjalan,” paparnya.

Jika dihitung, terdapat ribuan botol yang terjual selama satu bulan baik yang terjual secara online maupun offline.

Kini usaha jamu yang dipimpin Sri sudah mempunyai 6 varian dalam bentuk botol dan instan yang terbuat dari  kunir asam, beras kencur, dan gula asam.

Untuk resep ramuan jamu Kobe-08 juga tak sembarangan.  Mereka mendatangkan ahli/pengajar dari luar supaya usaha ini tetap berjalan.

"Ibu-ibu diminta untuk mengikuti pelatihan meracik jamu. Mereka diajarkan mulai dari awal hingga akhir hingga mampu meracik sendiri,"ucapnya.

Sampai saat ini omzet penjualan jamu tersebut rata-rata Rp 6 juta per bulan, dengan penjualan 800-1000 packs atau botol. Menurutnya, selama pandemi permintaan konsumen semakin membludak.

"Kalau sedang ramai perbulan bisa mencapai Rp 10 juta lebih keuntungannya," ucapnya.

Dia berharap jamu kobe-08 ini dapat berkembang pesat. Kedepan, pihaknya bersama pemerintah setempat akan membuat kebun untuk menanam bahan dasar jamu.

"Kalau sudah nanam sendiri produksinya kita bisa tambah banyak lagi," paparnya.

Salah satu anggota, Eni menambahkan, bisnis jamu tersebut membantunya karena menambah penghasilan rumah tangga. Pasalnya, selama pandemi penghasilan suaminya juga menurun.

“Penghasilannya menurun,” tandasnya.

Salah satu pembeli, Adi Mungkas mengatakan, jika dirinya baru satu kali membeli jamu Kobe-08. Dia mengaku tau jamu Kobe-08 dari internet. Dia sengaja mencari jamu untuk menambah imunitas tibuh selama pandemi.

"Saat ini kan macem-macem ya, peralihan musim juga bisa buat sakit ditambah lagi pandemi. Kalau tubuh tak diberi vitamin nanti bisa kacau," paparnya.

Selain membeli jamu untuk dirinya, dia juga membeli jamu untuk keluarganya. Kebetulan istri dan anak-anaknya juga suka minum jamu.

"Ini saya beli 3 madu cari dan dua madu instan agar bisa bertahan lama. Kalau coccok nanti saya akan berlangganan," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More