SuaraJawaTengah.id - Remaja putri warga Desa Sidorejo, Kecamatan Mertoyudan, Magelang menceritakan kilas balik penyebaran virus Corona melalui selembar batik. Dari pandemi terbitlah harapan.
Ngumriyatul Khasanah menjadikan lembaran kain mori sebagai media mengabadikan sejarah wabah yang akan mengubah kebiasaan hidup manusia.
“Saya menggambarkan situasi penyebaran virus yang mulanya tidak terpikirkan akan menyebar jadi seheboh sekarang. Jadi berkepanjangan,” kata Ngumriyatul kepada SuaraJawaTengah.id, Sabtu (23/10/2021).
Ngumriyatul menyelesaikan karya batik tulis motif Corona pertamanya pada Mei 2020. Saat itu Corona terdeteksi awal masuk ke Indonesia.
Baca Juga: FGD: Pariwisata Mulai Ramai, Jogja Bangkit dari Pandemi?
“Waktu itu di awal pandemi saya ada tugas membuat batik kontemporer. Tugasnya mengangkat isu terkini. Kebanyakan teman-teman memilih mengangkat kebakaran di Australia. Saya memilih Covid,” ujar gadis yang biasa disapa Ngumri ini.
Pada karya batiknya, Ngumri memasukkan motif tematik sesuai dengan peristiwa penyebaran Covid. Salah satunya Motif Yellow Crane Tower atau Menara Bangau Kuning yang menjadi ikon Kota Wuhan, China.
Kota Wuhan di Provinsi Hebei diyakini sebagai tempat pertama terjadinya penularan Corona. Dari Wuhan virus menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
“Kemudian motif kelelawar untuk menggambarkan awal terjadinya penularan. Virus Corona kan isunya dari (inang) kelelawar.”
Selain tentu saja motif bentuk virus Corona sendiri, Ngumri menambahkan unsur motif tradisional batik tambal. Motif batik tambal bermakna memperbaiki hal yang rusak.
Baca Juga: Mulai Kerja dari Kantor, Ini 6 Promo ShopeePay Biar Kamu Bisa Lebih Hemat!
Filosofi batik motif tambal adalah memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik. Jaman dulu, batik motif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit.
“Harapan saya orang yang pakai batik ini bisa sembuh. Filosofi batik motif tambal itu kalau zaman dulu dipercaya bisa meyembuhkan orang sakit,” kata Ngumri.
Selain motif utama, Ngumri menambahkan motif latar berupa 7 titik-titik. Dalam keyakinan Jawa, 7 bermakna pitulungan atau pertolongan.
“Latarnya detail itu ada titik-titik 7. Tujuh (pitu) dalam filosofi Jawa kan artinya pitulungan. Kemudian ada motif bumi untuk menggambarkan bahwa virus itu menyebar di bumi.”
Lembar batik berukuran panjang 2,5 meter dan lebar 115 centimeter itu laku terjual seharga Rp 2 juta. Tapi Ngumri mengaku sedikit menyesal telah menjual karya batik pertamanya.
Mulanya dia berharap bisa menyimpan karyanya itu sebagai kenang-kenangan. Jika suatu saat nanti memiliki galeri batik sendiri, Ngumri berharap karyanya itu bisa dipajang sebagai memoar perjalanan karir.
“Tapi nggak apa juga (terjual). Jika waktu itu nggak dibeli orang, usaha (batik) saya sekarang juga nggak akan dikenal.”
Ngumri saat ini sedang menggarap dua karya lainnya yang dipersiapkan sebagai seri batik Corona. Jika pada karya pertama, motif batik menceritakan asal muasal virus, pada karya selanjutnya dia akan berkisah soal dampak Covid dan harapan yang tumbuh pasca pandemi.
Temanya lebih banyak mengarah pada batik tradisional. Jika sebelumnya motif tambal hanya digunakan sebagai latar, pada karya batik selanjutnya akan menjadi tema utama.
“Jadi harapan sembuh lewat filosofi batik tradisional itu lebih banyak. Saya pingin batik yang sekarang itu motifnya full betul-betul batik tambal,” ujarnya.
Ngumri berharap batik karyannya menjadi simbol harapan banyak orang yang sembuh dari Covid. Pencegahan penularan virus dapat dijaga dan tidak berlarut-larut. “Istilahnya lewat motif batik yang sekarang lebih banyak memohon pertolongan.”
Ngumri menargetkan karya batik selanjutnya dapat selesai digarap Januari 2022. Gencarnya pemberian vaksin dan jumlah penularan yang jauh berkurang akan menjadi tema utama batik di awal tahun.
“Sekarang sudah mulai banyak vaksin dan itu mau saya gambarkan di kain. Jadi ada 3 kain, gambaran sampai cerita hari ini. Jadi nanti seperti rangkaian cerita awal terus setelah pandemi itu bagaimana suasana saat ini.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Nostalgia Orde Baru? Prabowo-Gibran Dikritik Kompak Pamer Simbol Militerisme Lewat Akmil
-
Tampang Budiman Sudjatmiko versi Lawas dan Masuk Kabinet Prabowo Disorot Publik: Waktu Muda Melawan, Pas Tua Ciut
-
Gibran Blusukan Hingga Tinggalkan Akmil, Rocky Gerung: Kok Bisa Ya Pencitraan Diwariskan?
-
Raffi Ahmad Cerita Alasan Prabowo Subianto Ajak Kabinetnya Retreat di Akmil: Ada Filosofinya
Tag
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
Debat Pilkada Dianggap Gagal, Aktivis Minta Solusi Lokal untuk Krisis Iklim di Kaltim
-
Harga Emas Antam Masih Bertahan Tinggi di Level Rp1.541.000/Gram Pada Akhir Pekan
-
Sambut Presiden dengan Kemewahan, Mercedes-Maybach S650 Pullman Jadi Tunggangan Prabowo di Abu Dhabi
-
Tangan Kanan Bongkar Shin Tae-yong Punya Kendala di Timnas Indonesia: Ada yang Ngomong...
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
Terkini
-
Deretan Tablet Redmi Terbaru 2024 dan Spesifikasinya
-
Diskon BRImo hingga Cashback Meriahkan OPPO Run 2024
-
Survei Pilkada Kota Semarang: Yoyok-Joss Unggul Tipis atas Agustina-Iswar
-
Jokowi Sampai Turun Gunung ke Semarang, Optimis Luthfi-Yasin Menang di Pilgub Jateng
-
Dramatis! Evandro Brandao Jadi Pahlawan, PSIS Curi Poin di Kandang Persik Kediri