Budi Arista Romadhoni
Kamis, 28 Oktober 2021 | 13:40 WIB
Ketika Kodriyah pulang dari sekolah dijemput ibunya dengan perahu [suara.com/Dafi Yusuf]

"Karena perubahan arus ombak di sana, yang di mana arus laut ini diubah karena adanya rekalmasi di Pantai Marina dan Tanjung Mas. Terlebih dalam konteks perubahan iklim juga mempengaruhi tak hanya di Demak, namu sepanjang pantai utara juga terpengaruh," bebernya saat ditemui beberapa hari lalu.

Pihaknya menilai, kondisi di pantai utara semkain tahun semaki parah. Satu sisi di pantai utara dibebani dengan industriasiasi yang sangat masif sehingga menyebabkan penurunan tanah di sana.

Di sisi lain, perubahan iklim dengan  kebijakan energi fosil yang berlebihan menyebabkan naiknya suhu bumi dan air perumkaan laut.

"Penurunan tanah dan ditambah dengan  air laut yang naik tersebut memeperparah dalam kontekas abrasai. Dan hilangnya tanah di Sayung semakain hari semakin  masif," ucapnya.

Mitigasi wilayah mangrove yang menjadi salah satu alat untuk mengahambat laju abrasi, malah semakin berkurang.   Hal inilah yang menyebabkan abrasi di Kecamatan Sayung semakin menggila.

Fahmi melanjutkan, jika Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Demak sudah diskusi kebencanaan di Sayung sejak tahun 2010. Bahkan dari beberapa negara, salah satunya Belanda masuk di Demak untuk melakukan riset mencari solusi.

"Namun itu hanya sekedar menjadi program saja," keluhnya.

Pakar Peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas memprediksi, jika rob dan penurunan tanah yang ada di Kabupaten Demak tak ditangani secara serius pada tahun 2025 Demak akan tenggelam.

"Kalau permassalah yang ada di Demak itu tak diapa-apain jangan nunggu tahun 2050, tahun 2025 Demak juga akan tenggelam," ujarnya beberapa waktu yang lalu melalui zoom metting.

Baca Juga: Duh! 13 Anak di Bawah Umur Jadi Korban Asusila Pelatih Voli, Ada yang Sampai Hamil

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More