SuaraJawaTengah.id - Padepokan Seni Budi Aji menggelar ritual memperingati Hari Wayang Nasional di Grojogan Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Magelang, Jumat (5/11/2021).
Kikis Wantoro, Ketua Padepokan Seni (PS) Budi Aji mengatakan, Grojogan Kapuhan berada di aliran Kali Pabelan yang berhulu di puncak Merapi. Sungai dan gunung adalah bagian dari harmoni alam yang tak terpisahkan dari wayang.
Dalam ritual peringatan Hari Wayang, salah seorang anggota padepokan Budi Aji membawa wayang kulit gunungan dan Batara Kala. Di bawah grojogan, kedua wayang tersebut dimainkan di atas batu.
Kikis menjelaskan, setiap pergelaran wayang pasti dibuka dengan menancapkan gunungan di tengah beber (layar). Sedangkan Betara Kala melambangkan waktu yang menyertai kehidupan manusia.
Baca Juga: Ritual Buang Celana Dalam Viral di Medos, Rata-rata yang Dibuang Milik Perempuan
“Kalinya yang kala (waktu) tadi. Terus air bersumber dari Gunung Merapi. Identik mula pergelaran wayang pasti dengan (menancapkan) gunungan di tengah. Setelah setelah gunungan juga ke tengah. Itu maksudnya,” kata Kikis.
Jika menurut tradisi, proses pembuatan wayang kulit tidak bisa sembarangan. Para seniman tatah sungging wayang kulit pasti melakukan tapa brata sebelum mulai mulai membuat wayang.
“Waktu nenek moyang menciptakan wayang itu tidak semata-mata asal senang terus dibuat. Ada laku tapa brata. Pasti ada laku prihatin dan sebagainya. Pakai perhitungan yang sangat rumit,” ujar Kikis.
Runutan pergelaran wayang menggambarkan kehidupan manusia. Ada awal, proses kehidupan, dan mati. Sebab itu ritual kali ini mengambil tema: Tepung Alam, Eling Purwa.
Eling purwa artinya mengingat permulaan. Jika manusia sudah tidak lagi mengingat waktu (lahir-hidup-mati), kehidupan akan kerepotan.
Baca Juga: Dianggap Horor dan Mistis, Ternyata Ini 8 Manfaat Kembang Kantil untuk Kesehatan Tubuh
“Waktu permulaan pergelaran atau cerita dimulai, gunungan menancap di tengah. Setelah mulai, gunungan geser ke pinggir. Pertengahan (cerita) gunungan kembali ke tengah lagi. Begitu juga saat cerita selesai (tangkep kayon), gunungan kembali ke tengah,” ujar Kikis.
Berita Terkait
-
Mendak Tirta dan Pradaksina: Makna Mendalam Ritual Umat Hindu di Prambanan Jelang Nyepi
-
Ngeri, Al Pacino Beraksi Melawan Iblis di Trailer Film The Ritual
-
Selain Ketupat, Ini 4 Tradisi Lebaran yang Masih Hidup di Banyuwangi
-
Ritual Spesial Kandis untuk Fans Indonesia di Mini Konser 'Korea 360'
-
Kerangka Wanita Tanpa Kepala di Rawa Irlandia Ungkap Ritual Mengerikan 2000 Tahun Lalu
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Link Live Streaming AC Milan vs Inter Milan: Duel Panas Derby Della Madonnina
-
FULL TIME! Yuran Fernandes Pahlawan, PSM Makassar Kalahkan CAHN FC
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
Terkini
-
Pemudik Lokal Dominasi Arus Mudik di Tol Jateng, H+1 Lebaran Masih Ramai
-
Koneksi Tanpa Batas: Peran Vital Jaringan Telekomunikasi di Momen Lebaran 2025
-
Hindari Bahaya, Polda Jateng Tegaskan Aturan dalam Penerbangan Balon Udara
-
Wapres Gibran Mudik, Langsung Gercep Tampung Aspirasi Warga Solo!
-
Tragedi Pohon Tumbang di Alun-Alun Pemalang: Tiga Jamaah Salat Id Meninggal, Belasan Terluka