SuaraJawaTengah.id - Mantan narapidana kasus Bom Bali 2002, Joko Trihermanto alias Jack Harun membeberkan perlunya peran masyarakay dalam penanganan terorisme.
Kepercayaan itu didapat dengan saling terbukanya masing-masing pihak. Baik dari eks napiter maupun pihak-pihak terkait.
"Intinya, jangan menutup diri karena , masyarakat malah takut. Apalagi, dari unsur aparat dan masyarakat sekitar," kata Jack Harun di Solo, Selasa (16/11/2021).
"Jika kita terbuka, dengan mengikuti kegiatan masyarakat, berkomunikasi dan lain sebagainya, secara lambat laun pasti kembali membuka kepercayaan dari warga sekitar," tmabah dia.
Eks napiter yang kini membuka warung soto di Kawasan Grogol, Sukoharjo itu tak menampik jika stigma masyarakat melabeli eks narapidana teroris (napiter) terkadang melebihi batas kewajaran.
Padahal, mereka juga ingin kembali diterima oleh warga setelah menebus kesalahan dari apa yang dilakukan.
"Memang ada, stigma seperti itu. Padahal, kami juga ingin kembali dan berkumpul dengan masyarakat yang lain," paparnya.
Pria yang akrab disapa Jack Harun ini mengaku, memang dibutuhkan waktu untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari masyarakat.
Menurutnya, mereka yang masuk ke dalam jaringan teroris hanyalah salah jalan. Perlu melibatkan banyak pihak, sebagai bentuk upaya pencegahan agar tak kebablasan. Dengan begitu, apa yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain.
Baca Juga: MUI Benarkan Anggota Fatwanya Ahmad Zain Ditetapkan Tersangka Kasus Terorisme
Tak lupa, Jack Harun juga berpesan kepada rekan-rekannya yang lain supaya kembali ke pangkuan NKRI. Jangan berpedoman terhadap paham jihat yang salah.
"Indonesia ini kan juga dibangun berkat jasa para ulama. Jangan memahami konteks jihat yang salah sehingga merugikan orang lain. Mari, bersama-sama membangun Indonesia dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif," imbau Ketua komunitas Gema Salam tersebut.
Sementara itu, Pengurus Rumah Pancasila, Eka Setiawan mengatakan, butuh peran serta seluruh masyarakat dalam merangkul eks napiter kembali ke NKRI dan masyarakat sekitar. Tidak bisa secara serta merta hal ini diserahkan ke Pemerintah saja.
"Dengan ikut terlibatnya masyarakat, maka percepatan penyadaran eks napiter dalam memahami konteks negara NKRI secara utuh segera terwujud. Jangan sampai, masyarakat enggan atau membuat jarak dengan mereka," jelasnya.
Selain itu, kata Eka, penyadaran dapat dengan cepat dilakukan dari internal mereka. Dimana, salah satu dari mereka telah sadar lalu mengimbau kepada rekannya yang lain.
"Kalau dari kami kan memiliki jaringan. Kami hanya merangkul, dan mengajak mereka untuk kembali ke NKRI. Namun, penyadaran akan tindakan salah mereka (eks napiter-red) akan lebih cepat jika dari kalangan interna mereka sendiri," kata Eka.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lewat RUPSLB, BRI Optimistis Perkuat Tata Kelola dan Dorong Kinerja 2026
-
Kinerja Berkelanjutan, BRI Kembali Salurkan Dividen Interim Kepada Pemegang Saham 2025
-
Ini Tanggal Resmi Penetapan UMP dan UMK Jawa Tengah 2026: Siap-siap Gajian Naik?
-
Melalui BRI Peduli, BRI Hadir Dukung Pemulihan Korban Bencana di Sumatra
-
Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Borobudur, BOB Larang Pengeboran Air Tanah dan Penebangan Masif