Budi Arista Romadhoni
Rabu, 17 November 2021 | 10:15 WIB
Mural wayang di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Magelang. [suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

“Sebelumnya banyak juga dalang senior seperti Pak Nartosabdo, Pak Anom Suroto, kemudian Mas Radyo Harsono itu juga sudah berkiprah di luar negeri. Pesan dari Tanah Air saya kira mereka mempromosikan wayang kulit itu sebagai budaya asli Indonesia.”

Menurut Iswanto yang paling penting dilakukan saat ini adalah mengenalkan wayang kulit kepada generasi muda. Kemajuan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan wayang ke masyarakat yang lebih luas.

“Saya merasa iklim generasi millenial juga nggak alergi dengan wayang. Mereka banyak sekali yang memberi perhatian pada wayang,” ujar Iswanto.

Dalam contoh kasus Adidas, justru menunjukkan bahwa tema wayang luwes dan wangun untuk ditampilkan pada media apapun. Lukisan kontemporer wayang, lukisan dinding bertema wayang mulai banyak ditemukan.

Tema wayang sudah banyak dibuat menjadi barang seni menggunakan bermacam media. Dari mulai keramik, kaca, hingga logam dan resin.

Iswanto bersama sekitar 25 warga Dusun Karangwatu sedang mengerjakan proyek mural tema wayang di kampung mereka. Tembok-tembok gang yang semula polos dihias mural wayang.

“Ini masih proses. Point kami itu 3 ribu meter persegi untuk Dusun Karangwatu, meliputi 4 gang. Hampir 1 tahun ini kami kerjakan, baru menyelesaikan sekitar separonya.”

Pekerjaan yang sudah selesai adalah menghias tembok sepanjang 43 meter di gang 1, Dusun Karangwatu. Tema mural wayang yang diangkat adalah kisah lahirnya Wisanggeni.

Proyek yang sedang dikerjakan saat ini adalah melukis tembok di depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Muntilan. Pada tembok tersebut dilukis mural wayang wahyu yang mengambil cerita dari Injil.

Baca Juga: Adidas Minta Maaf Usai Sebut Wayang Kulit dari Malaysia

Iswanto punya angan-angan menjadikan Dusun Karangwatu sebagai kampung mural wayang. Semua tembok kosong akan dihias mural bertema wayang kulit.

“Rencana dalam angan-angan saya nanti akan kami respon sebagai media mural wayang. Karena disana (Jalan Raden Santri) ada tembok yang lebar-lebar. Akan lebih khas lagi karena temboknya gede, otomatis muralnya akan lebih kolosal.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More