Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 29 November 2021 | 16:55 WIB
Mbah Mustofiah setelah dagangannya ludes dibeli peserta aksi demonstrasi buruh KSPI. (suara.com/Dari Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Kehadiran Mustofiah (65) di tengah massa aksi buruh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jawa Tengah menyita perhatian. Secara telaten dia manawarkan pisang yang dia jual kepada peserta aksi. 

Jerih payah Mustofiah akhirnya terbayar tuntas. Pasalnya selama satu minggu pisangnya sepi pembeli. Dia bersyukur banyak peserta aksi yang membeli pisang yang dia jual. 

Senyum sumringah terlihat dari lekuk bibir Mustofiah. Dia bersyukur hari ini mendapatkan pemasukan. Saking gembiranya dia tak kuasa menahan air mata penuh syukur. 

Dari kejauhan, saya sengaja memperhatikan Mustofiah. Tak semua orang membeli pisang yang dia jual. Tak terhitung, orang yang menolak tawaran Mustofiah untuk membeli pisangnya. 

Baca Juga: Tok! UMP 2022 Kalimantan Barat Naik Rp34 Ribu

"Tadi ada yang memborong, alhamdulillah," katanya sembari mengusal air mata, Senin (29/11/2021). 

Dia bersyukur ada demonstrasi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah. Dia mengaku sudah seminggu jualannya jarang yang laku. Bahkan, dia tak menyangka dagangannya akan habis hari ini. 

Mustofiah mengaku hidup sebatang kara setelah ditinggal suaminya meninggal beberapa minggu yang lalu. Sebenarnya, dia bukan penjual pisang

Dia merupakan seorang petani kacang dan padi di Wonosalam, Kabupaten Demak. Namun, tahun ini dia mengalami gagal panen yang membuatnya terpaksa berjualan pisang untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

"Baru satu minggu jualan pisang, saya tak punya siapa-siap, " katanya sambil menghitung hasil jualannya hari ini. 

Baca Juga: UU Cipta Kerja Institusional, Buruh DIY Desak Pemda Ubah UMP 2022

Tanaman Mustofiah gagal panen karena terendam banjir. Padahal, hasil dari pertanian merupakan penghasilan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Saben hari, dia dari Demak naik bus ke Semarang untuk jualan pisang. Biasanya, dia berangkat dari rumah jam 7 pagi dan kembali pulang jam 4 sore jika tak terkendala hujan atau halangan yang lain. 

"Saya pulang pergi menggunakan bus dan angkot," ucapnya. 

Setelah selesai menghitung penghasilan, dia bergegas pulang. Sementara di lokasi yang sama, ribuan buruh masih setia menunggu kedatangan Gubernur Jawa Tengah untuk beradu konsep soal pengupahan secara terbuka. 

Sejak jam 1 siang, mereka masih menyuarakan aspirasinya. Tak bosan para orator menyemangati massa aksi untuk terus berjuang di depan Kantor Gubernur Jateng. 

Koordinator lapangan aksi, Lukmanul Hakim mengatakan, ribuan buruh yang telah hadir di depan Kantor Dinas Ketenagakerjaan Jateng tersebut menantang Ganjar temui buruh untuk dialog terbuka. 

"Kalau memang ingin nyapres ya keluar," jelasnya. 

Dalam hal ini, buruh ingin Ganjar temui dengan hati nurani. Jika Ganjar tak keluar, lanjutnya, itu menandakan jika Ganjar tak berpihak kepada buruh. 

"Kita ingin dia datang dari hati nurani. Kalau dia tetap menggunakan undang-undang dia pasti tak keluar tuh," katanya. 

Selain itu, jika Ganjar tak berani keluar dan beradu konsep menemui buruh Hakim menduga orang nomor satu di Jateng itu tak mempunyai konsep soal pengupahan. 

"Saya minta Ganjar untuk tegak lurus meski ada ancaman-ancaman," tegasnya. 

Dia mengingatkan kepada Ganjar agar membela rakyat kecil. Menurutnya, undang-undang dibuat untuk melindungi yang lemah. Untuk itu, dia akan menunggu Ganjar hingga keluar dari kantornya. 

"Rencananya kita akan menunggu Pak Gub sampai keluar," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More