Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 03 Desember 2021 | 11:18 WIB
Petani milenial asal Semarang, Khafidz (suara.com/Dafi Yusuf)

SuaraJawaTengah.id - Pandemi membuat Khafidz (25) warga Keamatan Mijen, Kota Semarang berfikir kreatif. Mencari pekerjaan ketika pandemi cukup sulit, itulah yang dirasakan olehnya. Namun, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan itula yang dia alami saat ini.

Kini dia menekuni bisnis tanaman hidroponik sejak pandemi. Dengan modal awal Rp2 juta, dia bisa memanfaatkan lahan keluarga untuk produksi tanaman hidroponik.  

Dari hasil jualan tanaman hidropnik itu, dia bisa untuk belasan juta rupiah setiap bulannya. Tanaman hidroponik yang dia tanam cukup berhasil, hal itu membuat banyak warga membeli tanaman di tempatnya.

"Dalamm satu bulan bisa untung Rp 11 jutaan," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/12/2021).

Baca Juga: Kisah Pak Bhabin di Semarang, Rela Jemput hingga Gendong Lansia untuk Ikuti Vaksinasi

Selain mendapatkan cuan yang melimpah di usia muda, orang tua Khafidz juga bangga karena pekerjaan yang dia tekuni mempunyai jurusan yang sama ketika kuliah. Orang tuanya merasa tak sia-sia  menyekolahkannya di jurusan pertanian.

"Saya kan sarjana pertanian juga," katanya menambahkan.

Dengan sistem hidroponik menurutnya sangat bagus untuk menjamin kualitas sayuran. Apalagi tidak membutuhkan lahan yang sangat luas, hanya beberapa meter saja mampu menampung beberapa kilogram sayuran.

"Awalnya  menggunakan meja etalase yang saya taruh di atas rumah," katanya.

Dirasa mempunyai laba yang cukup banyak, dia berinisiatif untuk membuat greenhouse, karena menurutnya dengan system greenhouse kualitas sayuran akan lebih optimal. Meskipun biaya pembuatan greenhouse tak sedikit yaitu sekitar Rp 30 juta.

Baca Juga: Aksi 212 Dilarang, Ini Kisah Peserta Jauh-jauh dari Semarang Demi Bisa Berdoa di Jakarta

“Pembuatan greenhouse awal sendiri membutuhkan biaya Rp 30 juta dibangun dari hasil penjualan sebelumnya,” ujarnya.

Karena pandemi, membuatnya berfikir kreatif untuk menjual produk tanamannya melalui online. Selain itu, dia juga mengaku sudah memiliki pelanggan untuk mengambil tanaman ketika panen.

"Untuk panen sayuran selada, membutuhkan waktu 6 minggu," katanya.

Beberapa tanaman yang sudah berhasil dibudidayakan seperti cabe, terong, tomat, dan kangkung. Saat ini, luas lahan hidroponik miliknya sekitar 2000 meter persegi.

"Saya ingin berbagi pengalaman tentang pertanian," imbuhnya.

Salah satu pengunjung, Adi Mungkas mengaku tertarik dengan tanaman hidroponik yang dutanam oleh Khafid. Selain membeli sayuran, dia juga sekaligus ingin belajar soal bisnis hidroponik dengan Khafidz.

"Mau sekalian belajar, barangkali bisa ditiru," ujarnya.

Awalnya, setiba di tempat Khafidz dia tak menyangka jika yang menjual adalah anak muda. Saat ini, masih jarang anak muda yang mau serius bisnis di tanaman.

"Awalnya, saya mengira sudah tua ternyata masih muda sekali," paparnya.

Jika dia lihat, tanaman hidroponik yang ditanam Khafidz mempunyai kualitas yang baik. Sayurannya terlihat segar-segar. Hal itulah yang ingin dia pelajari agar bisa membuat bisnis  yang serupa di tempatnya.

"Rumah saya di Kendal, ya suhunya hampir mirip di sini," imbuhnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More