SuaraJawaTengah.id - Dua negara bagian di Australia melaporkan lonjakan kasus varian Omicron. Hal itu tentu saja harus diwaspadai oleh Indonesia.
Infeksi varian Omicron melonjak di dua negara bagian terbesar Australia, New South Wales (NSW) dan Victoria, hingga memicu peningkatan rawat inap yang lebih tinggi dibandingkan saat penyebaran varian Delta.
NSW dan Victoria yang dihuni setengah dari 25 juta populasi Australia, melaporkan 37.151 kasus baru pada Selasa atau sedikit menurun dari angka kasus baru nasional 37.212 yang dicatat sehari sebelumnya.
Orang-orang yang dirawat di rumah sakit NSW naik menjadi 1.344 pasien, yang merupakan puncak pandemi baru, melampaui 1.266 pasien yang dicapai September lalu selama gelombang Delta.
Jumlah rawat inap meningkat lebih dari dua kali lipat dalam seminggu dan membebani sistem kesehatan setempat.
Pihak berwenang juga berjuang melawan kekurangan tes cepat antigen, penundaan hasil tes usap PCR, dan penutupan mendadak sejumlah situs pengujian ketika Perdana Menteri Scott Morrison mengesampingkan pemerintah yang menanggung biaya bagi orang-orang melakukan tes COVID-19 sendiri.
"Masalahnya saat ini adalah kurangnya (tes cepat antigen) benar-benar menghambat tanggung jawab pribadi dan itu adalah kegagalan yang terlihat jelas dalam pengelolaan COVID saat ini," kata Wakil Presiden Asosiasi Medis Australia Chris Moy kepada Radio ABC, Selasa.
Rekor lonjakan infeksi dan rawat inap terjadi ketika 2 juta lebih banyak orang Australia memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan vaksin penguat (booster) mulai Selasa, setelah pihak berwenang mempersingkat waktu tunggu antara suntikan kedua dan ketiga menjadi empat bulan.
Lebih dari 2,5 juta orang di Australia sejauh ini telah menerima suntikan booster, yang dianggap pejabat kesehatan dapat mencegah lebih banyak rawat inap dan kematian.
Baca Juga: Kencangkan Masker, Luhut Sebut Varian Omicron Sudah Menyebar Di Mana-mana!
Australia pada Selasa mencatat setengah juta kasus COVID-19 sejak pandemi dimulai, dengan sekitar 94 persen kasus terdeteksi sejak Juli lalu ketika wilayah timurnya diguncang oleh wabah Delta.
Namun, hampir 538.000 kasus dan 2.270 kematian yang dilaporkan Australia masih lebih rendah dibandingkan jumlah yang terlihat di banyak negara yang sebanding.
[ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo
-
La Suntu Tastio: Layanan Digital BRI Membuat Pengelolaan Keuangan Usaha Jadi lebih Praktis
-
Kolaborasi Lintas Budaya, BRI dan PSMTI Jawa Tengah Gelar Pengajian Kebangsaan di MAJT Semarang
-
Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU Janjikan Jembatan Permanen
-
Urat Nadi Aceh Pulih! Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Mobilitas Kembali Normal