SuaraJawaTengah.id - Sebulan pascapengepungan aparat 8 Februari 2022, situasi Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo berangsur kondusif. Warga terus menyuarakan menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas.
Warga yang mayoritas bekerja sebagai petani mulai beraktivitas menggarap sawah atau menyadap nira bahan baku membuat gula aren.
Kegiatan anak-anak mengaji di Madrasah Hidayatul Islamiyah di Dusun Krajan mulai aktif kembali.
“Untuk situasi kalau masyarakat sendiri sudah lumayan kondusif. Tapi terkait rasa nyaman dan keamanan kami masih sering mendapatkan teror,” kata pemuda Desa Wadas, Ngabdul Mukti kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (8/3/2022).
Menurut Mukti, insiden terakhir di Desa Wadas adalah pencopotan spanduk berisi penolakan tambang oleh personel Satpol PP. Hal itu terjadi 28 Februari 2022, menjelang perayaan Isra Miraj yang digelar oleh pemerintah Desa Wadas.
“Seperti pada waktu kemarin sebelum kehadiran Gus Yasin (Wakil Gubernur Jawa Tengah) dalam rangka Isra Miraj di Balai Desa itu kita mendapat represi dengan menyopoti banner,” ujar Mukti.
Selain intimidasi yang langsung terlihat, teror juga menyerang akun media sosial miliki Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa). Akun TikTok @wadasmelawan sempat hilang diduga karena serangan digital.
Akun @wadasmelawan sempat hilang setelah terakhir mengunggah video pencopotan spanduk oleh personel Satpol PP dan polisi.
“Itu sudah 3 kali sepanjang perjalanan perjuangan warga. Sempat hilang nggak bisa diakses, tapi atas bantuan teman-teman bisa kembali lagi,” paparnya.
Baca Juga: 163 Bidang Tanah Desa Wadas Selesai Diukur, Moeldoko Janji Tuntaskan Ganti Rugi Sebelum Lebaran
Menurut Mukti, meski kondisi berangsur normal pengepungan aparat tanggal 8 Februari 2022 masih menyisakan trauma. Warga masih takut jika sewaktu-waktu aparat kembali masuk ke Desa Wadas.
“Untuk kegiatan tani kita kan sebenarnya subur. Seperti durian dan lain sebagianya, hasil-hasil bumi produktif. Tapi karena warga merasa terancam dengan datangnya aparat yang banyak, itu efek dari trauma masih memiliki duka yang mendalam," paparnya.
Sambil melakukan kegiatan sehari-hari bekerja di sawah dan mengambil manfat dari hutan, warga terus menyuarakan menolak penambangan batu andsit di Desa Wadas. Mereka memasang banner dan aksi mural menolak tambang di jalan sepanjang Desa Wadas.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota