Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 08 Maret 2022 | 16:30 WIB
Mural menolak penambangan batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Sebulan pascapengepungan aparat 8 Februari 2022, situasi Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo berangsur kondusif. Warga terus menyuarakan menolak rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas.

Warga yang mayoritas bekerja sebagai petani mulai beraktivitas menggarap sawah atau menyadap nira bahan baku membuat gula aren.

Kegiatan anak-anak mengaji di Madrasah Hidayatul Islamiyah di Dusun Krajan mulai aktif kembali.

“Untuk situasi kalau masyarakat sendiri sudah lumayan kondusif. Tapi terkait rasa nyaman dan keamanan kami masih sering mendapatkan teror,” kata pemuda Desa Wadas, Ngabdul Mukti kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (8/3/2022).

Baca Juga: 163 Bidang Tanah Desa Wadas Selesai Diukur, Moeldoko Janji Tuntaskan Ganti Rugi Sebelum Lebaran

Menurut Mukti, insiden terakhir di Desa Wadas adalah pencopotan spanduk berisi penolakan tambang oleh personel Satpol PP. Hal itu terjadi 28 Februari 2022, menjelang perayaan Isra Miraj yang digelar oleh pemerintah Desa Wadas.    

“Seperti pada waktu kemarin sebelum kehadiran Gus Yasin (Wakil Gubernur Jawa Tengah) dalam rangka Isra Miraj di Balai Desa itu kita mendapat represi dengan menyopoti banner,” ujar Mukti.

Selain intimidasi yang langsung terlihat, teror juga menyerang akun media sosial miliki Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa). Akun TikTok @wadasmelawan sempat hilang diduga karena serangan digital.

Akun @wadasmelawan sempat hilang setelah terakhir mengunggah video pencopotan spanduk oleh personel Satpol PP dan polisi.

“Itu sudah 3 kali sepanjang perjalanan perjuangan warga. Sempat hilang nggak bisa diakses, tapi atas bantuan teman-teman bisa kembali lagi,” paparnya.

Baca Juga: Gelar Pengajian di Wadas, Wagub Taj Yasin dan Gus Muwafiq Ajak Warga Hidup Rukun

Menurut Mukti, meski kondisi berangsur normal pengepungan aparat tanggal 8 Februari 2022 masih menyisakan trauma. Warga masih takut jika sewaktu-waktu aparat kembali masuk ke Desa Wadas.

“Untuk kegiatan tani kita kan sebenarnya subur. Seperti durian dan lain sebagianya, hasil-hasil bumi produktif. Tapi karena warga merasa terancam dengan datangnya aparat yang banyak, itu efek dari trauma masih memiliki duka yang mendalam," paparnya.

Sambil melakukan kegiatan sehari-hari bekerja di sawah dan mengambil manfat dari hutan, warga terus menyuarakan menolak penambangan batu andsit di Desa Wadas. Mereka memasang banner dan aksi mural menolak tambang di jalan sepanjang Desa Wadas.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More