Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 28 Maret 2022 | 13:19 WIB
Serabi Ngampin yang dijual di pinggir jalan raya Ambarawa, Semarang - Yogyakarta. [Suara.com/Anin Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Jika pada umumnya serabi disajikan kering, ada yang berbeda dan unik dalam penyajian serabi ngampin khas Ambarawa.

Serabi ngampin dihidangkan dengan kuah santan yang memiliki rasa gurih bercampur manis. Untuk menemukan penjual serabi ngampin Khas Kabupaten Ambarawa juga sangat mudah, yakni berada di jalur utama  Semarang - Yogyakarta. 

Cerita asal mula serabi ngampin khas Ambarawa erat kaitannya dengan tradisi menjelang bulan suci Ramadhan pada zaman dahulu. 

Hal tersebut diungkapkan oleh pedagang sarabi Ngampin, Sari (32) yang mendapatkan resep turun temurun dari sang nenek yang telah berjualan sejak tahun 70-an. 

Baca Juga: Warga Wajib Tahu! Pemerintah Janji Stok Minyak Goreng Aman Saat Ramadhan dan Idul Fitri

"Saya dapat resep serabi dari si mbah saya, nah kata si mbah ada sejarahnya serabi ngampin sama bulan puasa," ungkap Sari kepada SuaraJawaTengah.id beberapa waktu lalu.

Menurut Sari, serabi ngampin dulu dijual hanya setiap menjelang bulan Ramadhan saja oleh para pedagang serabi di sekitar desa Ngampin pada zaman dahulu. 

Kala itu, setiap menjelang Ramadhan banyak orang yang berdatangan untuk menjalani tradisi padusan di sendang desa Ngampin. 

"Dulu itu sebelum puasa banyak orang kesini buat mandi disendang, istilahnya padusan membesihkan diri," jelas Sari.

Sari menceritakan, orang-orang yang datang untuk prosesi padusan tidak hanya berasal dari Ambarawa saja. Namun, dari luar daerah seperti Semarang, Demak dan Salatiga juga ikut padusan.

Baca Juga: Ramadhan Tahun ini, Bupati Sambas Perbolehkan Buka Bersama Tapi Ada Syaratnya

Ia mengungkapkan, usai padusan di sendang biasanya orang-orang menyantap serabi ngampin yang dijual di dekat sendang.

"Nah simbah saya dulu jualan serabi di dekat sendang dan biasanya orang-orang yang selesai mandi di sendang pasti makan serabi," tutur Sari.

Hingga kini Sari masih mempertahankan resep serabi ngampin dari sang nenek. Cara memasaknya juga tak berbeda dengan zaman dahulu yang masih tradisional. 

Sari memasak serabi masih menggunakan tungku kayu dan wajan kecil yang berbahan dasar dari tanah liat. Menurutnya, cara tersebut merupakan salah satu ciri penyajian serabi ngampin.

"Kalau masak udah pakai kompor atau wajan dari stenlis bakal mengubah rasa serabi makanya sampai sekarang masih pakai tungku kayu," ungkap Sari.

Dalam satu hari, Sari dapat menjual serabi ngampin sebanyak 50 porsi dengan harga Rp 6 ribu per mangkuk. Jika ditambah dengan tape ketan harga dibandrol menjadi Rp8 ribu. 

"Kalau pas ramai bisa lebih dari 50 mangkuk," katanya.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More