SuaraJawaTengah.id - Maestro keroncong kebanggaan tanah air, Waljinah difilmkan dengan judul “Irama Batik Ratu Kembang Katjang“.
Film pendek garapan CV Mawar Magenta sebagai induk dari Maleopict Production House ini mengambil setting Kota Solo dengan setiap sudutnya yang memberikan rasa hangat sebagai rumah.
Film tribute to Maestro Keroncong Waldjinah, resmi dirilis bertepatan dengan ulang tahun ketujuh dari CV Mawar Magenta di Galeri Batik Walang Kekek yang beralamat di Jalan Parang Cantel No 31 Mangkuyudan, Kota Solo.
“Saya sangat senang, bisa berkarya seperti ini,” ungkap Waljinah dalam rilis yang diterima Suara.com, Kamis (31/3/2022).
Baca Juga: Mother Dearest: Kisah Perjalanan Anak Adopsi Menemukan Ibu Kandungnya
Film yang mendapat dukungan dari Bank BNI ini, mengangkat citra Waldjinah yang selalu mengenakan kain batik (jarik) dan kebaya sejak berkarir di dunia seni musik keroncong. Meski zaman terus berubah Waldjinah dan kebayanya masih tetap sama.
Berkarir sejak usia 12 tahun, pada tahun 1958 Waldjinah memberanikan diri mengikuti kontes Bintang Radio RRI. Sejak dari itu Waldjinah memakai kain batik. Dan masih tersimpan rapi hingga sekarang meskipun sudah ada bagian yang robek karena termakan usia.
Motif Kembang Kacang menjadi motif favorit Waldjinah. Pada kejuaraan menyanyi pertama yang diikuti oleh Waldjinah ini ia menjadi juara pertama dan mendapat julukan sebagai Ratu Kembang Kacang.
Nama Batik Kembang Kacang sebagai penanda awal karirnya menuju penyanyi keroncong profesional.
Ada kisah menarik dibalik batik kembang kacang ini. Berasal dari keluarga pembatik, saat mengikuti festival kejuaraan Bintang Radio tersebut, Waldjinah diberi kain batik motif sandang pangan oleh saudaranya. Batik tersebut dibuat oleh keluarga jauh sebelum Waldjinah mengikuti kejuaraan.
Baca Juga: Menyaksikan Hebatnya Bahasa Perasaan lewat Film Dokumenter Mother Dearest
Kain batik ini berusia hampir 100 tahun ini memiliki kisah yang begitu dalam bagi Sang Maestro Keroncong. Hingga saat ini, Waldjinah masih menyimpan pola-pola batik peninggalan dari ibunya, mbakyu-nya (kakak perempuan) dan kang mas nya (kakak laki-laki).
Berita Terkait
-
Review Film Last Breath: Survival dan Inspirasi
-
No Other Land, Lebih dari Sekadar Film Dokumenter, Ini Suara Perlawanan dari Palestina!
-
Review Miss Italia Mustn't Die: Saat Kontes Kecantikan di Ujung Tanduk
-
Pidato Paling Politik di Oscar 2025: No Other Land Karya Sineas Palestina-Israel
-
Menang Oscar, Kreator No Other Land Desak untuk Hentikan Serangan Genosida ke Palestina
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
-
Gelombang Kejutan di Industri EV: Raja Motor Listrik Tersandung Skandal Tak Terduga
Terkini
-
UMKM Asal Sidoarjo Ini Sukses Raup Omzet Ratusan Juta Berkat Pemberdayaan BRI
-
Pertamina Tindak Tegas Kasus BBM Tercampur Air: Dua Awak Mobil Tangki Dipecat, SPBU Trucuk Dibekukan
-
THR Lebaran 2025 Jadi Mimpi Buruk: Ratusan Pekerja Jateng Gigit Jari, Sritex Terseret!
-
10 April 2025, Saatnya Pemegang Saham Dapat Dividen Rp31,4 Triliun dari BBRI
-
Mudik Lebaran 2025: Pertamax Jadi Andalan Pemudik, Konsumsi Naik 77 Persen