Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 07 April 2022 | 15:14 WIB
Warga menangkap ikan yang terdampar ke tepian Sungai Serayu, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas karena kandungan amonia dari lumpur yang diduga akibat dibukanya Waduk Mrica, Kabupaten Banjarnegara, Kamis (7/4/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Kondisi air Sungai Serayu kembali keruh sejak Kamis (7/4/2020) dini hari. Ini kali kedua air Sungai Serayu keruh bercampur lumpur sejak pertama kali terjadi pada pekan lalu.

Kondisi tersebut menyebabkan ribuan ikan terdampar dalam kondisi lemas ke tepian sungai dan jadi rebutan warga.

Air lumpur yang berwarna abu-abu tersebut diduga akibat dari dibukanya pintu Waduk Mrica di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Banyumas, penyebab ribuan ikan mati dikarenakan kandungan amonia yang tinggi dari lumpur tersebut.

Baca Juga: Antisipasi Kemacetan Saat Lebaran 2022, Ini Jalur Alternatif Mudik ke Banyumas

Sejak Rabu (6/4/2022) sore, informasi dibukanya pintu Waduk Mrica sudah didengar oleh warga Kabupaten Banyumas. Hal itulah yang kemudian warga kembali berbondong-bondong ke tepian Sungai Serayu.

Kasibun (52), warga Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, mengatakan banyak warga yang sudah bersiap untuk menangkap ikan sejak Rabu (6/4/2022) sore.

"Sudah dari kemarin sore warga di sini (Bendung Gerak Serayu). Tapi ikan datang sekitar jam 4 pagi tadi. Kondisinya masih giras. Jam 6 baru pada minggir dengan kondisi lemas," katanya kepada Suarajawatengah.id, Kamis (7/6/2022).

Ikan yang terdampar ketepian pada hari ini, menurutnya tidak sebanyak pada saat Jumat (1/4/2022) lalu. Pada hari pertama, Kasibun berhasil menangkap ikan dengan total 10 kg. Sebagian besar ikan baceman yang merupakan hewan khas Sungai Serayu.

"Yang pertama itu saya dapat 10 kilogram. Tak bagikan ke tetangga sama masak sendiri. Tapi hari ini walaupun banyak, tapi tidak sebanyak yang pertama. Saya tadi nyari lagi cuma dapat 3 kg," jelasnya.

Baca Juga: Ini Jadwal Azan Magrib Waktu Buka Puasa di Purwokerto, Selasa 5 April 2022

Ia yang sehari-hari berdagang mie ayam di kawasan Bendung Gerak Serayu menjelaskan, pada pekan lalu dengan kondisi yang sama, banyak bangkai ikan mati yang tersangkut pintu bendungan.

"Saking banyaknya sampai banyak batang ikan yang tersangkut di bendungan. Tapi yang terdampar juga banyak. Kalau sekarang kan harus pakai jaring atau seser. Nah yang pertama cuma pakai tangan kosong nangkapnya," terangnya.

Saking banyaknya warga yang mencari ikan sehingga mengundang perhatian para pengendara motor yang melintas.

Berdasarkan pantuan di sepanjang tepian Sungai Serayu, sedikitnya ada 10 warga yang tengah mencari ikan.

Seperti terlihat di bawah Jembatan Merah Patikraja. Pengendara yang penasaran banyak yang menyaksikan dari atas jembatan sehingga sedikit menimbulkan kemacetan.

Yanto (19), warga Kecamatan Cilongok mengaku tergiur banyaknya warga yang tengah mencari ikan. Ia bahkan rela sampai membeli seser terlebih dahulu di sekitar Bendung Gerak Serayu.

"Saya nggak niat cari ikan. Hanya lewat saja mau ke rumah kakak saya di Rawalo tapi malah banyak yang cari ikan ya saya ikut saja. Alhamdulillah dapat sekitar 10 ekor beratnya mungkin 3 kg. Kayanya ikan baceman sih," katanya.

Selepas ia membersihkan kaki dan badannya, hasil tangkapan yang ia dapat langsung ditawar oleh seorag ibu-ibu. Ia menawar dengan harga Rp 50 ribu. Namun Yanto enggan untuk melepasnya karena ingin mengonsumsi ikan secara pribadi dengan keluarganya di rumah.

Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Hilir (Formas PSDA), Eddy Wahono menyayangkan pembuangan lumpur (flushing), tanpa adanya koordinasi dan sosialisasi terlebih dahulu pada instansi dan pengguna berkepentingan atas sungai serayu.

"Tidak dapat dibiarkan, pembuangan lumpur pekat ke sungai yang berakibat mati nya ratusan ribu ikan disungai serta membuat ketersediaan air baku untuk kabupaten Banyumas dan Cilacap menjadi terganggu. Harus ada kajian dampak akibat pembuangan limbah lumpur tersebut. Serta bila dugaan pencemaran itu benar seharusnya ada sangsi bagi pelaku," terangnya.

Kondisi seperti ini menjadi ironis dengan kematian ikan habitat langka. Seperti ikan Pelus berukuran besar, Ikan Baceman, dan ikan-ikan lain.

Untuk mengembalikan kestabilan biota Sungai Serayu membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More