SuaraJawaTengah.id - Jajaran kemeja, batik, jaket, kaos celana jeans dan jas tergantung rapi di Gang 1, Jalan Jenderal Suprapto, Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Sudah sejak puluhan tahun lalu, para pedagang ini menjajakan pakaian bekas layak pakai di lokasi setempat.
Kebanyakan brand lokal. Jika beruntung, tidak menutup kemungkinan ada brand import yang juga terpampang di etalase pinggir jalan ini.
Waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB saat Riswono (57) menata pakaian bekas dari dalam 3 karung berukuran besar. Biasanya para pedagang ini, mulai berjualan sejak pukul 10.00 WIB tiap harinya.
Ia yang merupakan warga Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas mengaku sudah puluhan tahun bermata pencaharian jualan pakaian bekas. Seingatnya, pelapak yang ada di kawasan ini sudah ada sejak tahun 1977.
"Awalnya itu ada sekitar 30 an pedagang. Sekarang sudah tersisa 7. Bukan karena pindah atau apa, tapi sudah banyak yang meninggal," katanya saat ditemui Suarajawatengah.id, Rabu (20/4/2022).
Ada dua cara dalam mencari barang kulakan. Bisa ia yang jemput bola untuk mengambil pakaian yang sudah tidak terpakai ke rumah-rumah, ataupun warga datang sendiri ke lapaknya untuk menawarkan pakaian bekasnya.
"Biasanya ada panggilan dari rumah-kerumah untuk menawarkan pakaiannya. Biasanya saya jemput bola untuk ambil barang. Terus kadang ada orang yang ngontrak pengin pindahan tapi malas bawa, jadi dijual lah satu karung, borongan," terangnya.
Para pembeli tak hanya dari dalam kota, bahkan ada juga yang sampai Wonosobo, Banjarnegara dan Cilacap. Kebanyakan para pembeli ini sudah tau informasinya dari dahulu. Harganya pun sangat bervariasi. Tergantung kualitas barang.
"Kalau orang dari Wonosobo, Banjarnegara apa Kroya, beli baju harga Rp5.000-an. Tapi ada juga yang harganya Rp75 ribu," jelasnya.
Baca Juga: Jangan Lupa Sahur, Ini Jadwal Imsakiyah dan Salat di Purwokerto pada 19 April 2022
Tak hanya orang-orang berumur, para pembelinya pun kadang datang dari kalangan pelajar. Biasanya mereka mencari barang bekas import untuk dijual kembali.
"Kadang-kadang anak sekolah juga. Tapi datang kesini liat barang dulu, terus difoto dan dijual lagi lewat online. Orang-orang pintar itu. Dalam artian dilihat dulu terus cek harga barangnya di handphone," tuturnya.
Tak Mesti Laku
Dalam sehari, tak mesti barang dagangannya laku. Kalaupun untung, ia bisa membawa pulang uang Rp50 - 60 ribu. Itupun kalau ramai, tak jarang Riswono pulang tak bawa uang sepeserpun.
Masih ingat betul dalam ingatannya saat tahun 80 an. Dua bulan sebelum lebaran, ia sudah "memanen" hasil jualan. Namun seiring berjalannya waktu, kini ia hanya berdagang semampunya.
"Dahulu waktu tahun-tahun 80 an, lebaran kurang dua bulan saja sudah ramai. Waktu bulan sadran sudah ada perubahan," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan