Budi Arista Romadhoni
Selasa, 07 Juni 2022 | 14:25 WIB
Seorang penjual cabai di Pasar Sampangan Kota Semarang, Jawa Tengah, tengah menunggu pembeli, Selasa (07/06/22). [Suara.com/Anin Kartika] 

Di desa tersebut terjadi penurunan produksi cabai mencapai 50 persen lebih, dari 50 ton perhari menjadi 10 hingga 20 ton perhari.

Penurunan tersebut dikarenakan cuaca buruk yang melanda Jawa Tengah beberapa pekan terakhir.

Selain cuaca buruk, mahalnya pupuk dan pestisida membuat para petani tak lagi menanam cabai.

Diterangkan Sutrisno, satu di antara petani cabai di Desa Ceklatakan, areal pertanian cabai mencapai 30 hektar, namun ditinggalkan separuhnya.

"Sekarang hanya 15 hektar yang ditanami cabai, sisanya digunakan untuk menanam kentang dan jeruk," jelasnya.

Kondisi tersebut diakui Sutrisno lantaran mahalnya biaya tanam, pupuk dan pestisida yang meningkat 100 persen.

"Dulu pupuk satu karung hanya Rp 50 ribu, sekarang bisa Rp 120 ribu. Banyak petani yang tidak kuat membeli pupuk untuk merawat cabai, karena tanaman cabai butuh banyak pupuk. Alhasil kualitas dan kuantitas cabai menurun, ditambah lagi banyak yang beralih menanam kentang dan jeruk," terangnya.

Ia menambahkan, harga cabai di tingkat petani sudah tinggi di angka Rp 35 ribu perkilogramnya.

"Pastinya di tingkat pembeli juga semakin tinggi. Kami berharap pemerintah memperhatikan kondisi ini, mahalnya pupuk dan pestisida harusnya dipikirkan," ucapnya.

Baca Juga: Makin Pedas! Harga Cabai Merah di Pekalongan Tembus Rp 60 Ribu Per Kilogram

Kontributor : Aninda Putri Kartika

Load More