SuaraJawaTengah.id - Pemerintah Desa Banyuadem, Srumbung, Magelang mengembangkan budidaya kelapa bongsor varietas lokal. Bobot daging buah kelapa lebih banyak 30 persen dibanding varietas kelapa lainnya.
Kepala Desa Banyuadem, Supriyadi mengatakan kelapa bongsor varitetas lokal itu diberi nama kelapa Upat-upat. Secara kasat mata terlihat ukuran diameter kelapa Upat-upat lebih besar dibanding kelapa jenis lain.
Menurut Supriyadi, kelapa Upat-upat sudah diteliti Balai Penelitian Tanaman Palma Mapanget Manado pada 6-7 Juli 2022.
Para peneliti meyimpulkan, kelapa Upat-upat termasuk varietas kelapa dalam yang memiliki ciri batang pohon tinggi.
Baca Juga: Tegas! Ditipu, Jokowi Cabut 16 Izin Perkebunan Sawit
Berdasarkan pengamatan peneliti Balai Penelitian Tanaman Palma Manado, Prof Hengky Novarianto, ukuran kelapa Upat-upat lebih besar dibanding varietas lainya.
“Disimpulkan kelapa besar atau kelapa Upat-upat di Kabupaten Magelang ini paling berat daging buahnya bisa mencapai 960 gram. Paling kecil 500 gram,” kata Supriyadi, Rabu (20/7/2022).
Sebagai perbandingan, berat rata-rata kelapa Upat-upat mencapai 2.700 gram per butir. Sedangkan bobot kelapa lainnya hanya berkisar 1.500-2.000 gram.
Berat daging buah kelapa Upat-upat sekitar 610 gram per butir. Sedangkan daging buah kelapa varietas lainnya 400-500 gram.
Kelapa bongsor varietas lokal Kabupaten Magelang ini diproyeksikan menjadi bahan baku kopra (bahan dasar minyak kelapa).
Baca Juga: Seorang Siswi SMAN 15 Batam Tewas Ditimpa Pohon Kelapa Tumbang Saat Berangkat Sekolah
Dibutuhkan 4,5 hingga 5 butir kelapa varietas lainnya untuk menghasilkan 1 kilogram kopra. Jumlah kopra yang sama dapat dihasilkan hanya dari pengolahan 3 butir kelapa jenis Upat-upat.
Sejauh ini dikenali 42 varietas kelapa dalam yang tumbuh di Indonesia. Kelapa dengan daging buah tebal, bagus digunakan untuk produksi kopra (minyak kelapa).
Kelapa Upat-upat ditanam kali pertama oleh sesepuh Desa Banyuadem bernama Mbah Martorejo sekitar tahun 1920.
“Martorejo itu seorang kamituwo kalau dulu. Kalau sekarang (pegawai desa) kepala urusan pemerintahan. Itu menjabat kira-kira tahun 1920an,” ujar Supriyadi.
Martorejo kemudian memerintahkan 7 anaknya untuk masing-masing menaman 9 bibit kelapa jenis unggul ini. Total semula hanya ada sekitar 63 batang pohon kelapa yang menjadi cikal bakal Upat-upat.
Secara tradisional kelapa jenis ini kemudian ditanam oleh warga Desa Banyuadem hingga sekarang. Pemerintah desa mendaftarkan sekitar 463 pohon kelapa Upat-upat agar mendapat sertifikat pembibitan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah.
“Yang sudah kami daftarkan 463 batang pohon kelapa Upat-upat. Tapi itu belum semua. Nanti akan didaftar menunggu Dinas Pertanian Kabupaten Magelang,” jelasnya.
Budi daya kelapa Upat-upat diharapkan menjadi komoditas selingan warga Kecamatan Srumbung yang selama ini mayoritas petani salak. Jumlah produksi kelapa Upat-upat lebih banyak dibanding kelapa jenis lainnya.
Berdasarkan estimasi produksi oleh Balai Penelitian Tanaman Palma Mapanget Manado, satu pohon kelapa Upat-upat bisa menghasilkan 163 butir kelapa per tahun.
Jumlah itu lebih banyak dibanding kelapa jenis lain yang hanya menghasilkan sekitar 120 butir kelapa per tahun.
Jika ditanam dengan jarak antar pohon 9x9 meter persegi, setiap hektare lahan bisa ditanami sekitar 123 pohon kelapa. Dengan estimasi produksi 163 butir kelapa per pohon, dari 1 hektare lahan bisa dihasilkan 20 ribu butir kelapa per tahun.
Sehingga diperkirakan 1 hektare lahan kelapa Upat-upat dapat menghasilkan 6,6 ton kopra setiap tahun. Jumlah itu jauh lebih besar dari hasil produksi kopra dari kelapa jenis lain yang hanya mencapai 3-3,5 ton per hektare setiap tahun.
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
-
Astra Agro Lestari Inovasi Pengendalian Hama Berkelanjutan, Tingkatkan Produktivitas Kelapa Sawit
-
Beragam Manfaat Minyak Kelapa untuk Kesehatan dan Kecantikan, Ini Daftarnya
-
Nostalgia Orde Baru? Prabowo-Gibran Dikritik Kompak Pamer Simbol Militerisme Lewat Akmil
-
Jangan Terlena Penundaan EUDR, Aturan Diskriminatif Ini Bisa Dicontek Negara lain
-
IPOC 2024 Dua Dekade Kelapa Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan dan Peluang Global
Tag
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
-
Investigasi Kekerasan di Paser: Polisi dan Tokoh Adat Serukan Kedamaian
-
Nyawa Masyarakat Adat Paser Melayang, Massa Demo Minta Pj Gubernur dan Kapolda Kaltim Dicopot
Terkini
-
Wapres Gibran Dukung UMKM dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di Semarang
-
Dari Tambakmulyo untuk Jateng: Mimpi Sanitasi Layak Menuju SDGs
-
Pengamat Nilai Program Pendidikan Gratis dan Rp300 Juta per RW dari Yoyok-Joss Realistis
-
Perebutan Suara NU: Luthfi-Yasin vs Andika-Hendi, Siapa Lebih Unggul?
-
Wapres Gibran Tinjau Program Makan Bergizi di SMKN 7 Semarang, Siswa Sambut Antusias