Menurutnya perubahan iklim itu akan berdampak ke global. Oleh sebabnya, metode sistem pertanian dengan penghitungan lama sudah tidak bisa lagi diterapkan pada masa sekarang.
"Salah satu misalnya di sana biasanya panennya tiga kali jadi dua kali karena masalah irigasi. Mungkin penyebabnya bisa saja di daerah hulu terlalu banyak deforestasi (penggundulan hutan). Sehingga serapan air daerah hulu menjadi kurang menyebabkan air yang masuk ke daerah hilir yang ditanami padi menjadi berkurang," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Penggundulan hutan yang dimaksud lahan yang harusnya menjadi lahan hijau menjadi berkurang. Harusnya area tersebut dibuat untuk penghijauan yang tujuannya menjadi daerah serapan air jadi berkurang.
"Jadi itu masalah penggunaannya mau untuk perumahan atau industri, akhirnya serapan airnya berkurang kan. Dan itu akan menyebabkan volume dan debit air dari hulu ke hilir jadi rendah," terangnya.
Lalu yang kedua menurutnya karena permasalahan iklim global. Saat ini yang namanya musim hujan atau kemarau tidak bisa diprediksi. Berbeda dengan tahun 1990 an.
"Tahun 90 an itu, kita sudah bisa memprediksi kalau Oktober-Maret pasti musim hujan dan April-September musim kemarau. Tapi di Indonesia itu disaat musim kemarau bukan sama sekali tidak hujan, tetap ada tapi sedikit sekali," ungkapnya.
Dengan adanya industri bisa menyebabkan polusi. Hal ini yang dinilai bisa mempengaruhi cuaca karena proses pembentukan awan menyebabkan terjadinya akumulasi air yang ada di udara menjadi terganggu.
"Sistem hidrologi di awan menjadi terganggu yang menyebabkan siklus air terganggu. Penyebabnya bisa banyak hal, tapi kalau karena ada perumahan dan sebagainya ya bisa jadi itu menjadi faktor dimana lahan yang harusnya lahan bukan hijau tapi digunakan untuk industri dan perumahan karena resapan air berkurang ya pasti air akan menurun," jelasnya.
Melihat perubahan cuaca yang terjadi saat ini, ia meminta agar para petani harus mulai banting stir mengubah sistem pola tanamnya. Disaat air banyak mereka masih bisa menanam padi, namun saat air berkurang diupayakan tanaman produktif yang lain.
"Bisa saja palawija atau sayuran yang umurnya pendek tidak membutuhkan air banyak. Yang penting lahan itu harus produktif. Jangan dibiarkan bero. Meskipun bero itu bagus untuk memutus hama dan penyakit," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini petani harus pintar memahami alam. Karena tidak ada pilihan lain. Harus lebih terbiasa dengan iklim yang terjadi pada saat ini.
"Perubahan ini tidak bisa dihindari. Mau gimana lagi memang kondisinya seperti ini. Jadi petani harus adaptasi. Dan itu juga kebijakan yang ada di pemerintahan kadang-kadang (tidak pas). Misal ada jalur hijau, kuning dan merah. Jalur hijau tidak bisa selain area tumbuhan. Terus jalur kuning 50:50. Kalau jalur merah itu bisa untuk industri besar dan perumahan. Tapi kenyataannya jalur hijau digeser menjadi jalur kuning bahkan jadi jalur merah," tutupnya.
Kontributor : Anang Firmansyah
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Identix Group Buka Gerbang Ekspor Produk Lokal Jateng, Kopi dan Rempah Bakal Tembus ke 42 Negara
-
Nasib Khairul Anwar di Ujung Tanduk, Rangkap Jabatan Ancam Kursi Panas Ketua PSSI Jateng?
-
Jawa Tengah Dinobatkan sebagai Provinsi Sangat Inovatif dalam IGA Award 2025
-
7 Rekomendasi Mobil Hybrid Terbaik, Bisa Dibeli Di Akhir Tahun 2025 Ini
-
Tangan Dingin Anne Avantie di Bisnis Kuliner, Gandeng BRI Lestarikan Jajanan Legendaris