Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 08:39 WIB
Partiman (48 tahun) warga Dusun Jurusawah, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Magelang, mewakili Jawa Tengah pada kompetisi pijat tradisional di Bali. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Teknik pijat kemudian dia sempurnakan dengan berguru ke sejumlah komunitas terapis urut dan body massage.

Partiman saat ini menguasai pijat tradisional dan pijat relaksasi ala Thailand. Dia semakin percaya diri menerima permintaan jasa pijat, setelah mengantongi sertifikat ahli pijat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

"Kenapa saya mengikuti kompetisi ini, karena semakin lama saya dibutuhkan masyarakat. Untuk kesehatan masyarakat."

Menjadi ahli pijat bersertifikat tidak menyebabkan Partiman melupakan profesinya sebagai tukang bangunan. Lama menekuni dunia pertukangan, dia mulai berani menggarap proyek bangunan sebagai kontraktor.

Sebagai pengingat bahwa karirnya sebagai ahli pijat dimulai dari kuli bangunan, Partiman memberi nama komunitas pijat miliknya: Padepokan Cetok Sakti.

Lambang padepokan berupa gambar dua cetok semen bersilang. "Mengingatkan bahwa saya mengawali ini semua dari pekerjaan kuli bangunan," kata Partiman bangga.

Perjuangan Partiman untuk mengenalkan pijat tradisional kepada dunia tidak berhenti pada menjuarai kompetisi di Bali pada November mendatang. Dia dijanjikan berangkat ke Brunei Darusallam jika berhasil masuk 10 besar kompetisi tersebut.

"Target saya di Bali masuk 10 besar dari 45 kontestan. Dari 10 besar kompetisi itu akan dibawa ke Brunei Darusallam. Mencoba jadi pemijat anggota keluarga Kerajaan Brunei."

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Baca Juga: Si Cantik dan Ancaman Putri Candrawathi ke Ferdy Sambo Pemicu Pertengkaran di Magelang

Load More