Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 17 September 2022 | 20:32 WIB
Kwitansi penarikan iuran dari warga penerima BLT BBM di Desa Cikakak, Kecamatan Banjarharjo, Brebes. [Suara.com/F Firdaus]

SuaraJawaTengah.id - Warga penerima bantuan langsung tunai (BLT) BBM di Kabupaten Brebes tak menerima bantuan uang tunai sebagai kompensasi kenaikan harga BBM itu dalam jumlah utuh. Pasalnya, bantuan dipotong Rp100 ribu oleh ketua RT.

Pemotongan BLT BBM untuk warga miskin tersebut terjadi di Desa Cikakak, Kecamatan Banjarharjo. Pemotongan ini pun dikeluhkan warga penerima. Salah satunya adalah Wasti (70).

Menurut anak Wasti, Cayem yang mengantar ibunya mengambil BLT ke kantor pos, pemotongan sebesar Rp100 ribu dilakukan ketua RT dengan alasan untuk iuran acara sedekah bumi pada 2023.

Setelah menyerahkan uang Rp100 ribu itu, dia mendapat selembar kwitansi yang antara lain ditulis sumbangan sedekah bumi.

Baca Juga: Cara Daftar BLT BBM Lewat HP, Segera Registrasi Agar Dapat Rp Rp 600 Ribu

"Setelah mengambil uang BLT di kantor pos dan pulang,‎ saya langsung ke rumah ketua RT dan menyerahkan uang Rp100 ribu. Terus dikasih kwitansi," kata Cayem sembari menunjukkan kwitansi yang dimaksud, Sabtu (17/9/2022).

Cayem mengatakan, ibunya yang merupakan seorang janda lansia mengambil BLT sebesar Rp300 ribu di kantor pos pada 15 September 2023.‎ Selain BLT, dia juga mendapat bantuan pangan non tunai (BPNT) yang diuangkan sebesar Rp200 ribu.

"Sebelum BLT diterima, ketua RT menyampaikan bahwa setelah sampai di rumah akan ada penarikan iuran untuk sedekah bumi tahun depan. ‎Jadi, setelah BLT diambil dan sampai rumah, uang iuran saya antar," kata warga RT 10 RW I itu.

Cayem mengaku agak keberatan dengan adanya pemotongan untuk iuran sedekah bumi itu. ‎Sebab, uang BLT yang diterima sangat dibutuhkan ibunya yang sudah lansia dan tak bisa lagi bekerja. "Apalagi acara sedekah buminya kan masih tahun depan, masih lama," ujarnya.

Kendati sebenarnya merasa sedikit keberatan, Cayem tak bisa menolak adanya penarikan iuran itu karena menurut pihak RT sudah menjadi kesepakatan warga. "Kalau bisa dibilang keberatan ya keberatan. Tapi karena katanya sudah jadi kesepakatan ya saya nurut saja," tuturnya.

Baca Juga: Kejang-Kejang Saat Antre BLT BBM, Pria di Bogor Pingsan lalu Meninggal

Warga penerima BLT lainnya di Desa Cikakak, Waris (38) membenarkan adanya penarikan ‎iuran dari BLT BBM tersebut. Namun berbeda dengan Cayem, Waris mengaku tak mendapat kwitansi saat menyerahkan uang iuran ke ketua RT.

"Warga lain yang menerima BLT juga katanya dimintai iuran itu. Sebenarnya ya sedikit keberatan juga, tapi katanya wajib," ungkapnya.

‎Ketua RT 10 RW I Desa Cikakak, Maryam tak menampik adanya penarikan iuran kepada warga penerima BLT tersebut. Menurut dia, penarikan iuran merupakan kesepakatan para ketua RT di desanya. 

"Uang hasil penarikan akan digunakan untuk ‎pelaksanaan sedekah bumi tahun depan. Penarikan oleh ketua-ketua RT," katanya, Sabtu (17/9/2022).

‎Maryam mengatakan, di RT yang dipimpinnya, terdapat delapan orang penerima BLT BBM. Seluruhnya sudah menyerahkan iuran setelah menerima bantuan di kantor pos.

"Uangnya masih ada di saya, total Rp800 ribu. Belum disetorkan. Nanti uangnya diambil oleh koordinator ketua RT," ujar dia.

Sekretaris Desa Cikakak, Samingan menyebut uang yang ditarik dari warga penerima BLT itu bukan pemotongan, melainkan iuran.

"Mumpung ada momen pencairan BLT, jadi sekalian kita minta iuran untuk kegiatan sedekah bumi dan perayaan HUT RI tahun depan. Dalam waktu dekat panitianya akan dibentuk," katanya.

Samingan mengatakan, inisiatif penarikan iuran dari warga penerima BLT berasal dari para ketua RT. Pihak desa menurut dia tidak mengeluarkan instruksi.

"Ide itu dari para ketua RT. Desa sama sekali tidak tahu dan tidak ada instruksi. Lagi pula,tidak semua penerima BLT ditariki iuran. Hanya yang bersedia saja dan tidak ada paksaan. Warga yang tidak dapat BLT karena tergolong mampu juga akan ditariki iuran yang sama," ujarnya.

Kontributor : F Firdaus

Load More