Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Sabtu, 15 Oktober 2022 | 11:33 WIB
Para pengunjung Papringan Wisanggeni menikmati makanan khas lokal di bawah rerimbunan rumpun bambu. [ANTARA/Heru Suyitno]

SuaraJawaTengah.id - Hutan belantara bila direvitalisasi serta dipermak dengan maksimal akan bermanfaar bagi banyak orang, termasuk jadi lokasi wisata.

Termasuk yang dilakukan warga Dusun Limbangan, Desa Tanjungsari, Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Mereka mengembangkan objek wisata Papringan Wisanggeni berbasis konservasi alam.

Warga desa setempat yang menginisiasi berdiri destinasi wisata berbasis alam berupa rerimbunan vegetasi bambu tersebut, Rizal Ifan Chanaris (32), menyampaikan objek wisata ini dikembangkan sejak sekitar sebulan lalu.

"Objek wisata ini menempati lahan seluas hampir satu hektare, lokasi yang sebelumnya merupakan hutan belantara rumpun bambu itu kini disulap menjadi sebuah area rekreasi yang bisa dicoba untuk sebatas mencari suasana alam yang masih sangat asri," kata Rizal dilansir dari ANTARA, Sabtu (15/10/2022).

Baca Juga: Cicalengka Dreamland, Wisata Nuansa Islami yang Asyik untuk Dikunjungi: Miliki Ragam Wahana Seru dan Spot Foto Indah

Ia menjelaskan, ide pembukaan lahan tersebut tidak lain karena dirinya ingin memunculkan sebuah daya tarik wisata yang mampu mengakomodir pengembangan perekonomian warga sekitar berbasis pemberdayaan masyarakat.

"Sebenarnya sudah sekitar setahun lalu saya mengkonsep yang paling potensial serta komperhensif guna menjadikan stimulan bagi bangkitnya ekonomi masyarakat desa pasca dihantam badai pandemi," ujarnya.

Rizal menyampaikan di lokasi Papringan Wisanggeni saat ini pengunjung memang baru bisa menikmati beberapa atraksi saja, mulai suasana hutan bambu yang asri, galeri bonsai, dan berbagai kuliner lokal khas pedesaan yang dapat dinikmati dengan harga murah yang digelar rutin setiap hari Sabtu dan Minggu.

Di lokasi tersebut tengah dalam proses penggarapan untuk menjadi destinasi wisata berupa taman lampion yang memaksimalkan bahan-bahan limbah sampah yang dikreasikan sedemikian rupa menjadi karya yang bermanfaat. Sementara pengunjung baru di angka sekitar 200 sampai 300 orang yang dapat masuk secara gratis.

"Konsep global yang kami kembangkan bersama tim adalah taman lampion yang menggunakan bahan-bahan berbasis alam dan limbah. Jadi nanti pengunjung dapat menikmati gabungan konsep wisata kekinian, konservasi alam, pasar kontemporer era peradaban Jawa di masa lalu hingga pusat seni kebudayaan lokal yang akan dipentaskan secara berkesinambungan dalam periodisasi tertentu," jelasnya.

Baca Juga: Sambut Wisatawan, Kampung Wisata Sosromenduran Kini Punya Seragam Bregodo dan Gamelan Baru

Kepala Desa Tanjungsari, Bandriyo Susilo Utomo, mengaku sangat mengapresiasi gagasan wisata berbasis konservasi alam yang terdapat di wilayahnya.

Menurutnya, Papringan Wisanggeni merupakan sebuah inovasi yang sangat lengkap dan sarat akan manfaat bagi perekonomian warga masyarakat sekitar.

"Nyatanya warga sekitar sudah merasakan dampak ekonomi dengan berjualan di lokasi tersebut. Ke depan saya sangat optimistis karena memang lokasi tersebut disentuh secara berbeda," kata dia.

Ia menuturkan, pertama konservasi alam berupa lahan bambu yang sangat baik sebagai penahan air dan pemecah angin besar. Kedua konsep tempat khas suasana pedesaan masyarakat Jawa di era lampau yang akan digabungkan dengan taman lampion berbasis pengolahan limbah serta menjadi lokasi sentra UKM warga sekitar.

"Ini konsep yang luar biasa dan patut kami dukung, mari kunjungi objek wisata Papringan Wisanggeni, apalagi gratis," tegasnya.

Load More