Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 13 Maret 2023 | 07:46 WIB
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, mengingatkan soal seringnya bencana banjir terjadi di Jawa Tengah. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Dari tahun ke tahun, banjir masih menjadi persoalan serius yang hingga saat ini belum terselesaikan di Jawa Tengah (Jateng). Bahkan berdasarkan data dari Informasi Bencana Indonesia (DIBI), Jateng disebut menjadi provinsi paling sering banjir di seluruh Nasional sepanjang tahun 2022.

Data dari DIBI menyebutkan, jumlah bencana banjir di seluruh Nusantara sepanjang 2022 dilaporkan ada sebanyak 582. Dari kejadian ini, Jateng menjadi provinsi dengan jumlah bencana banjir paling tinggi dibanding provinsi lain. Tercatat, banjir di Jateng 203 kali atau 34,87 persen dari total peristiwa bencana banjir nasional.

Tingginya bencana banjir yang terjadi di Jateng selama tahun 2022 ini mendapatkan sorotan dari Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko. Ia meminta kepada Pemerintah Provinsi dan 35 kabupaten/kota di Jateng untuk melakukan evaluasi skema mitigasi dan penanggulangan bencana.

"Saya minta kepada Pak Gubernur, kepala BPBD maupun OPD lainnya, juga kepada kepala daerah untuk bisa melakukan evaluasi terkait skema penanggulangan bencana. Ini perlu menjadi perhatian serius, mengapa ini bisa terjadi. Faktor-faktor penyebabnya apa, itu perlu dicari tahu," katanya.

Baca Juga: Ketika Jokowi Bagi-Bagi Sertifikat Tanah di Sawah Becek: Kita Kayak Bajak Sawah Aja...

Sejauh ini Heri mengaku mengamati persoalan banjir di sejumlah daerah di wilayah Jateng. Bahkan menurutnya, dengan memperhatikan kondisi banjir akhir-akhir ini, Jateng dapat dikatakan sebagai wilayah darurat banjir. Oleh itu, permasalahan ini tidak bisa dianggap sebelah mata.

"Sampai minggu kemarin pun banjir masih melanda di sejumlah daerah. Katakanlah di Kudus, Pati, Solo, Wonogiri, juga beberapa daerah lain. Selama ini kita juga sering dapat laporan banjir di daerah rawan, seperti Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pati. Jadi Jateng darurat banjir," ucapnya.

Menurutnya, penanggulangan bencana banjir harus dilakukan berdasarkan serangkaian atau tahapan. Hal tersebut meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, serta rehabilitasi.

"Harus dari hulu hingga hilir, mulai dari pra bencana hingga pasca bencana. Kalau pra berati sebelum adanya bencana, misalnya kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi. Kalau saat terjadi banjir melakukan tanggap darurat. Sedangkan kalau pasca banjir berupa rehabilitasi dan rekonstruksi setelah adanya dampak tersebut," tegas Heri.

Pimpinan DPRD dari Fraksi Partai Gerindra itu menegaskan, untuk membebaskan Jateng dari ancaman banjir, seluruh tahapan harus dilakukan dan diupayakan. Ia pun menyadari untuk mencapai hal ini, pemerintah tidak bisa sendirian, melainkan butuh keterlibatan dan kerja sama dari masyarakat.

Baca Juga: Berkunjung ke Jepara ? Pantai Kartini Cocok untuk Rekomendasi Wisata Pantai di Kota Ukir

"Penanggulangan bencana banjir tidak boleh hanya mengedepankan salah satu tahapan saja, akan tetapi disusun secara menyeluruh. Pemerintah yang mengkoornidir dan perlu menggerakkan masyarakat. Mulai dari tahapan mitigasi, tanggap darurat, dan rehabilitasi pasca banjir," ucap Heri.

Adapun saat ini pemerintah dinilai masih berfokus pada persoalan tanggap darurat dan aksi pasca banjir. Padahal menurutnya harus diimbangi dengan mitigasi. Hal ini dinilai sangat penting untuk meminimalisir timbulnya korban bencana, baik jiwa manusia, kerusakan lingkunga, kerugian harta benda, dan dampak psikologis korban.

"Tanpa mitigasi dari awal seolah-olah ini hanya menunggu bencana baru akan bergerak. Padahal tanggap darurat baru bisa dilakukan beberapa jam setelah adanya banjir. Dan kondisi masyarakat di waktu itu pun rentan menjadi korban dan terdampak," ungkap Heri.

Selain itu, DPRD Jateng juga mendorong pemangku kebijakan untuk menggiatkan sosialisasi dan edukasi terkait kesiapsiagaan dan pencegahan adanya korban dan kerugian. Dalam melakukan penanggulangan, masyarakat juga perlu diajak terlibat aktif dan bergotong royong dan meningkatkan Literasi Kebencanaan.

Terkait dengan resiko banjir di Jateng ini, Heri memandang bahwa keberadaan infrastruktur sumber daya air perlu dioptimalkan. Misalnya waduk, embung, tanggul sungai, rumah pompa, saluran drainase, dan sejumlah instrumen penahan banjir lainnya. Terlebih di masa cuaca ekstrem seperti yang terjadi saat ini.

“Masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya juga kami sarankan untuk menyesuaikan diri dengan prakiraan cuaca dari BMKG. Kemudian harus rutin-rutin pula mengakses informasi peringatan diri sebagai antisipasi. Jika tidak, banyak masalah yang timbul mulai dari kesehatan dan lainnya,” ungkapnya

Lebih lanjut, Heri pun mengajak seluruh elemen masyarakat di Jateng untuk bisa bersatu dalam mengatasi persoalan banjir yang terus mengancam ini. Pihaknya berharap kejadian-kejadian sebelumnya dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran untuk dicarikan solusi terbaiknya.

"Tentu musibah-musibah yang pernah menimpa saudara kita ada hikmah di baliknya. Kejadian yang sudah berlalu mari jadikan sebagai bahan pembelajaran. Ke depan kita harus bisa berkolaborasi mengatasi banjir di Jawa Tengah. Karena bagaimana pun Jateng adalah rumah kita bersama," pungkas Heri.

Load More