SuaraJawaTengah.id - Pabrik sarung tenun cap Botol Terbang diperkirakan berdiri sebelum Presiden Soekarno menyerukan gerakan berdikari. Berdaulat politik dan mandiri ekonomi.
Soekarno meyakini Indonesia bisa mandiri dan tidak bergantung terhadap bangsa lain. Menjalankan roda politik dan ekonomi di atas kaki bangsa sendiri.
Gagasan itu kali pertama disampaikan Soekarno dalam pidato berapi-api berjudul “Tahun Vivere Pericoloso!”.
“Kita tidak cukup hanya berjiwa Nasakom. Kita pun harus berjiwa Pancasila, berjiwa Trisakti Tavip (tahun Vivere Pericoloso), berjiwa berdikari!” Kata Soekarno.
Hanya berjarak kurang dari 20 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan, gagasan negara berdikari tampak mustahil. Di usia yang masih sangat muda, Indonesia banyak bergantung produk industri dari negara-negara lain.
Produk benang misalnya masih bergantung pada negara besar penghasil kapas seperti Cina dan India. Hasil olahan tekstil diimpor dari Amerika Serikat dan lagi-lagi Cina.
Kelangkaan bahan baku benang tenun impor -dipicu juga upah buruh yang murah- bahkan pernah memicu mogok nasional pada 8-9 Mei 1955.
Gagasan berdikari produk sandang, dijawab dengan mendirikan rumah-rumah pemintalan benang sutra sekaligus pusat tenun.
Tidak cukup sampai disitu, hutan-hutan milik perusahaan perkebunan nasional diubah menjadi areal budidaya pohon murbei. Daun murbei adalah pakan utama ulat penghasil serat bahan dasar kain sutra.
Selama periode 1950-1960an, hutan milik negara di Desa Bunder, Gunung Kidul, Yogyakarta, secara masif ditanami pohon murbei.
Warga digerakan untuk membudidayakan ulat sutra yang kemudian disetor ke pusat pemintalan benang di Piyungan, Bantul.
Sarung Tenun Buatan Tangan
Masyarakat terutama di Jawa dikenalkan dengan alat tenun bukan mesin. Rakyat Indonesia dikerahkan untuk dapat membuat pakaian sendiri yang seluruh bahannya didapat dari bumi sendiri.
“Dulu di pramuka itu ada lagu, ‘ATBM saudara, alat tenun bukan mesin’,” kata Sumadiyo mengenang masa-masa pemerintah Soekarno menggencarkan produksi kain buatan sendiri.
Lelaki berusia 67 tahun itu tidak menyangka kelak akan menghabiskan hampir separo usianya bekerja sebagai mandor di pabrik sarung tenun cap Botol Terbang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Para Perantau Bangun Kampung Halaman
-
Geser Oleh-Oleh Jadul? Lapis Kukus Kekinian Ini Jadi Primadona Baru dari Semarang
-
10 Nasi Padang Paling Mantap di Semarang untuk Kulineran Akhir Pekan
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan