Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 02 Agustus 2023 | 17:15 WIB
Potret driver ojek online perempuan Indah Setiyowati saat menunggu penumpang di depan halaman SMKN 7 Kota Semarang. Rabu (2/8) [Suara.com/Ikhsan)

SuaraJawaTengah.id - Sebelum azan subuh berkumandang, Indah Setiyowati sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan empat anaknya.

Selepas itu, perempuan yang akrab disapa Indah tersebut lalu memanaskan mesin motor sebelum mengaspal menjadi driver ojek online di Kota Semarang.

Kegiatan seperti itu sudah dia lakoni dari tahun 2017. Indah terpaksa menjadi driver ojek online dan tulang punggung keluarga karena usaha suaminya bangkrut.

"Usaha jual-beli motor bekas suami saya bangkrut. Sedangkan keluarga butuh banyak pemasukkan untuk membiayai dua anak saya yang sedang kuliah," kenang Indah saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Rabu (2/8/2023).

Baca Juga: Satu Jam dari Kota Semarang, Tebing Cinta dan Pantai Jodo Jadi Tempat Santai Menikmati Sunset

Demi mencukupi semua kebutuhan keluarganya tersebut. Indah rela berangkat pagi hingga pulang larut malam.

Indah seolah tidak peduli dengan kesehatan maupun resiko di jalanan. Yang dipikirkan dia harus membawa uang sebanyak mungkin.

"Saya sempat berhutang untuk membeli laptop anak saya yang kuliah. Begitulah dinamika hidup saya dulu," tuturnya.

Rentan tahun 2018-2019, Indah nggak memungkiri peminat orang-orang menggunakan jasanya ramai sekali. Dalam sehari ia bisa mengantongi penghasilan bersih sebanyak Rp300 ribu.

"Saya sangat bersyukur seperti diberikan jalan yang mudah oleh Tuhan. Suami saya sama sekali nggak kerja. Semua kebutuhan sehari-hari keluarga, saya pikul sendirian," tutur Indah.

Baca Juga: Saat SMP, Ashanty Ngaku Hampir Alami Pelecehan Seksual dari Orang Terdekat

Rentan Mengalami Pelecehan Seksual

Bertahun-tahun bekerja di jalanan, Indah sudah merasakan semua pengalaman manis maupun pahit sebagai driver ojek online. Bahkan perempuan 46 tahun cukup sering mengalami pelecehan seksual.

"Sering mas, mulai diajak check in, dan diraba-raba. Saya pernah menurunkan penumpang di Polsek Pedurungan. Penumpang itu kurang ajar dari memegang pinggang sampai meraba paha," kesalnya.

"Walau pun saya driver, saya bukan orang sembarangan. Kalau penumpang melecehkan dan mengancam ngasih bintang satu, saya nggak peduli," lanjutnya.

Nggak hanya Indah, teman-teman ojek online perempuan lainnya rata-rata pernah mengalami hal pahit tersebut.

Menurut Indah pelakunya nggak hanya laki-laki. Tak sedikit penumpang perempuan melakukan perbuatan yang tidak mengenakan kepadanya.

"Sesama jenis juga banyak, cuman kita lebih risih dengan lawan jenis. Kalau sesama perempuan kita mengingatkannya mudah dan nggak takut," bebernya.

Kebetulan Indah punya komunitas yang menangungi 80 perempuan ojek online di Kota Lunpia. Saat kumpul Indah sesekali mengedukasi anggotanya soal pelecehan seksual.

"Kalau saya sering edukasi ke anggota komunitas lebih edukasi pencegahan. Misal ada orderan di atas jam 7 malam, mereka harus kirim lokasi maps biar bisa kita pantau bareng-bareng dari jauh," ujarnya.

Diakui Indah, mayoritas anggota di komunitas merupakan perempuan single parent. Tak jarang mereka membawa anak-anaknya untuk ikut bekerja.

"Resiko jadi ojek online itu kecelakaan, pelecehan, dan lain-lainnya yang menurut saya ngeri sekali. Cuman karena tuntutan hidup mau gimana lagi. Kalau boleh memilih, mending jadi ibu rumah tangga aja," tukasnya.

Kontributor: Ikhsan

Load More