Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Senin, 16 Oktober 2023 | 15:58 WIB
Tukang Becak di Kota Lama Semarang. (Foto: Suara.com/Adam Iyasa)

SuaraJawaTengah.id - Dari tahun ke tahun Kota Lama bertranformasi menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kota Semarang.

Salah satu spot foto yang banyak digemari pengunjung adalah rumah akar. Tempat itu diberi nama rumah akar lantaran terdapat rumah tua disudut Kota Lama yang terbelit oleh akar pohon besar.

Karena bentukannya yang estetik, rumah akar pun jadi spot foto paling instagramble. Tak jarang para pengunung rela antri agar bisa berswa foto dengan latar belakang rumah akar tersebut.

"Bila saya amati perkembangan wisata Kota Lama Semarang, maka bukan bangunan kuno atau tampilan acara yang paling ramai dikunjungi wisatawan lokal atau domestik. Melainkan rumah akar," tulis pemerhati sejarah Johanes Cristiono dalam unggahan di grup facebook MIK SEMAR.

Baca Juga: Kota Lama Semarang Jadi Lokasi Wisata Favorit Libur Lebaran 2023

Jika menilik sejarah dan mundur ke belakang. Rumah akar ternyata memiliki rentetan cerita panjang yang menarik untuk diketahui.

Sebelum Kota Lama ditata dan dibenahi menjadi kawasan wisata. Kata Johanes,
Warga sekitar sering memanfaatkan tempat didekat rumah akar untuk sabung ayam di siang hari.

"Pada masa-masa sebelum Kota Lama dibenahi, jika siang hari adalah ajang adu jago favorit. Tempatnya teduh, terlindung dan yang berani ke lokasi ini umumnya hanya mereka yang suka adu jago," paparnya.

Sampai saat ini sabung ayam di kawasan itu masih ada. Hanya saja tempat sudah tidak di area rumah akar lagi.

"Dan banyak darah tercurah disitu, darah ayam yang terkena jalu. Sekarang ajang adu jago ada di belakang eks Matahari Johar, di seberang kali dari Sendowo," imbuhnya.

Baca Juga: Lindungi Bangunan Cagar Budaya di Kota Lama, Dishub Semarang Siap Tingkatkan Pembatasan Kendaraan Bermotor

Sedangkan pada malam hari, disebutkan Johanes diarea rumah akar banyak waria-waria yang nongkrong disana.

"Malam hari, dulu (dijadikan) tempat mangkal waria atau orang kuno menyebutnya wandu," tandas Johanes.

Sudah Ada Sejak Abad ke-19

Rumah akar itu diketahui berada di Jalan Jalak, penghubung antara Jalan Kepodang dan Jalan Letjen Soeprapto.

Untuk penamaan rumah akar sendiri lantaran disudut Kota Lama terdapat rumah tua yang dibelit oleh akar pohon yang besar.

Bagi kalian yang penasaran, rumah akar ini konon usianya sudah ratusan tahun. Bangunan tua yang membelit rumah akar tersebut dulunya merupakan kantor media cetak berbahasa Belanda NV Dagblad de Locomotief.

Sebelum kereta api pertama datang di Hindia-Belanda. Pada tahun 1863 koran itu bernama Semarangsche Nieuws en Advertentieblad.

"Pastinya bangunan ini sudah ada pada abad ke 19. Namun dalam perkembangan waktu juga mengalami perbaikan. Diantaranya pemecahan pintu utama yang menyudut yang memiliki leufel dengan detail Art Nuveau," tulis pemerhati sejarah, Johanes Cristiono dalam unggahan facebook di Grup MIK SEMAR.

Waktu itu, de Locomotief sebuah media cetak yang gencar menuliskan eksplorasi bumi putera dan menyuarakan perbaikan politik.

Dikenang Johanes, saat terjadi perebutan Irian Barat. De Locomotief dipaksa bubar kemudian bangunan tersebut diambil alih Grup Tempo. Lalu bangunan itu dimanfaarkan sebagai markas koran suruh marhaen.

Namun sayangnya nggak bertahan lama. Diceritakan Johanes bangunan itu kosong dan tak terawat. Selain itu kawasan rumah akar jadi kumuh dan sering jadi langganan banjir rob.

"Jalan Jalak pun menjadi gelap, kumuh dan sering kena genangan rob. Siang harinya sering dipakai adu ayam," ungkap Johanes.

Dalam catatan yang lain, masih dikatakan Johanes bangunan diarea rumah akar sempat dimiliki salah satu konglomerat Semarang Thio Sing Liong yang hidup dan berjaya pada abad 19.

"Tokoh ini dikenal memiliki firma ekspor yang sukses. Memiliki banyak gedung yang sampai sekarang masih bisa kita saksikan," ucapnya.

Kini rumah akar menjadi spot foto yang paling diburu pengunjung. Menurut Johanes tidak berswafoto di Jalan Jalak bagaikan belum berkunjung ke Kota Lama.

"Bisa jadi dulu kemungkinan ada bagian gedung yang terpisah karena masa kepemilikan keduanya hampir bersamaan.
Yang jelas bangunan ini kini masih merana dan hanya utuh sebagian dinding luarnya, bagian dalamnya sudah hancur. Namun karena terlilit akar pohon justru menjadi tujuan kunjungan yang top," tandasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More