Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 26 Oktober 2023 | 11:36 WIB
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Muhammad Luthfi bin Yahya atau Habib Luthfi. (tangkapan layar/ist)

SuaraJawaTengah.id - Habib Luthfi bin Yahya adalah seorang ulama kharismatik asal Pekalongan yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat Indonesia.

Selain pimpinan pondok pesantren, Habib Luthfi juga diketahui merupakan Ketua Forum Sufi Internasional dan menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden.

Habib Lutfi juga dikenal sebagai pendakwah yang selalu mendengungkan nasionalisme dan rasa persatuan kepada NKRI.

Dalam sebuah pengajian, Habib Luthfi ternyata pernah curhat kalau dirinya merasa malu dipanggil habib oleh umat muslim.

Baca Juga: Tegangnya Kaesang Tampil Sarungan dan Berpeci saat Bertemu Habib Luthfi

Curhatan Habib Lutfi tersebut terungkap lewat unggahan video di akun TikTok @cinta_maulana1.

"Ini saya ngomong pribadi, bukan ngomong orang lain. Saya kalau dipanggil Habib itu malu, hati saya malu," kata Habib Luthfi.

Lebih lanjut, Habib Lutfi merasa dirinya belum pantas dipanggil habib. Sebab dia belum bisa mencontoh para pendahulunya.

"Malu bagaimana? Saya belum seperti datuk dan leluhur saya. Apalagi terkadang saking senangnya pembawa acara, "Shohibul Fadhilah", Ya Allah Kanjeng Nabi SAW lah yang Shohibul Fadhilah, bukan saya," beber Habib Luthfi.

Dimata Habib Lutfi, sebagai salah satu keturunan Nabi Muhammad bukan perkara mudah. Dia justru merasa berat dengan tugas dan tanggungjawabnya pada umat muslim.

Baca Juga: Gus Fuad Plered Minta Presiden Jokowi Berhentikan Habib Lutfi sebagai Wantipres, Tak Takut Kualat?

"Kecepretan dari Fadhilah Kanjeng Rasulullah SAW, malu bukan enteng, tapi berat," pungkasnya.

Profil Habib Luthfi bin Yahya

Gelar lengkap Habib Luthfi adalah Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Habib Luthfi lahir di Kota Pekalongan, pada 10 November 1947. Tanggal lahirnya tersebut bertepatan dengan 27 Rajab 1367 H. Diketahui, Habib Luthfi memiliki silsilah Ayah hingga ke Nabi Besar Muhammad SAW dan ibu seorang Syarifah (keturunan Nabi) yang bernama Sayidah al Karimah as Syarifah Nur.

Habib Luthfi sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang, Jepara yang saat itu diasuh oleh KH Abdullah Hadziq bin Hasbullah.

Pendidikan pertamanya diterima dari sang Ayah al Habib al Hafidz Ali al Ghalib, kemudian dirinya belajar di Madrasah Salafiyah selama tiga tahun. Kemudian selanjutnya pada tahun 1959, Habib Luthfi melanjutkan studinya ke pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon, lalu ke Indramayu, Purwokerto, dan Tegal.

Setelah itu melanjutkan ke Makkah, Madinah, hingga ke negara-negara lainnya. Selama menjalani masa studinya, Habib Luthfi banyak menerima ilmu syari’ah, thariqah, dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, serta guru-guru yang penguasaan ilmunya tidak diragukan lagi.

Habib Luthfi bin Yahya adalah seorang ulama berpengaruh di Indonesia. Bahkan para tokoh politik nasional termasuk Jokowi dan Prabowo Subianto pernah sowan kepadanya. Habib Luthfi adalah Ketua Forum Sufi Internasional, dan saat ini menjabat Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah. Digadang-gadang menjadi sebagai salah satu ulama kharismatik Indonesia saat ini, selain Menkopolhukam Mahfud MD dan Menhan Prabowo Subianto, Habib Luthfi bin Yahya juga disegani Presiden RI Joko Widodo.

Karier Habib Luthfi bin Yahya

Presiden Joko Widodo telah melantik sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) masa jabatan 2019-2024 di Istana Negara, Jakarta Pusat. Salah satu anggotanya yaitu Habib Luthfi bin Yahya, salah satu tokoh Nahdlatul Ulama. Berdasarkan data yang dihimpun pada Sabtu (14/12/2019), Habib Luthfi atau gelar lengkapnya Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya ini juga pernah menjabat sebagai Ketua MUI Jawa Tengah (2005-2010).

Atas pelantikan tersebut, Habib Luthfi mengaku tidak punya alasan apapun untuk bisa bersedia menjabat Wantimpres. Menurutnya, satu-satunya alasan adalah ulama bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara.

Kontributor : Ikhsan

Load More