Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 28 Oktober 2023 | 16:07 WIB
Salah satu gerai es teh jumbo yang mejeng di pinggir jalan Prof. Dr. Hamka Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Sabtu (28/10) [Suara.com/Ikhsan]

Meski menjual es teh jumbo seharga Rp2.500, Anin selaku pemilih gerai "Tealive" yang mejeng di Jalan Prof. Dr. Hamka Nomor 102 Ngaliyan mengaku masih meraup untung dari penjualan es teh.

Dalam sehari, rata-rata Anin bisa menjual 200-300 cup. Dari banyaknya jenis minuman varian teh, es teh originallah yang paling dibeli masyarakat.

"Tetap ada untungnya kok mas, nggak terlalu banyak. Tapi lumayanlah," tutur Anin.

Tak jauh dari gerai Anin, Oliv pemilik gerai "Thai Tea" bahkan sampai ikut-ikutan menjual es teh jumbo dengan harga Rp3.000. Awalnya Oliv hanya menjual minuman varian teh asal Thailand.

Baca Juga: Penjual Es Teh di Jogja Raup Rezeki di Tengah Kemarau Panjang, Sehari Bisa Kantongi Rp1,2 Juta

"Kalau usaha tidak mengikuti trend, kita akan tertinggal dong," ucap perempuan berusia 26 tahun tersebut.

Menurut Oliv, fenomena banyaknya gerai es teh jumbo di pinggir jalan berhasil mengalahkan keviralan gerai Mixue yang berhasil buka dimana-mana. Sehingga hal tersebut patut dibanggakan.

"Walau jarak antar gerai es teh jumbo deket-deket, tetap laku semua. Di Ngaliyan dalam waktu singkat sudah ada puluhan gerai es teh jumbo, tapi Mixue baru dua," katanya sembari tertawa.

Perempuan asal Pati ini mengaku tidak khawatir fenomena es teh jumbo berumur pendek. Sebab es teh banyak disukai masyarakat dan harganya pun relatif murah.

"Saya yakin nggak bakal seperti es kepal millo. Harganya lumayan juga kan, jadi orang-orang hanya sekedar nyoba aja," tandasnya.

Baca Juga: Kisah Masjid Kyai Sholeh Darat: Saksi Paripurna Ulama-ulama Besar Belajar Mengaji

Sama seperti Anin, es teh jumbo buatan Oliv dalam sehari laku 200-300 cup. Meski keuntungannya sangat tipis, bagi Oliv paling penting usahanya terus berjalan.

Load More