Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 09 November 2023 | 16:18 WIB
Raden Adjeng Kartini (Wikipedia)

SuaraJawaTengah.id - Perjuangan masyarakat Indonesia di masa lalu tidak terlepas dari peran wanita, yang salah satunya adalah Raden Adjeng (RA) Kartini. Pahlawan emansipasi wanita yang tidak hanya berusaha meraih kemerdekaan Indonesia tetapi juga kesetaraan gender wanita dan pria. 

Menjelang Hari Pahlawan 10 November 2023, alangkah baiknya kita mengenang jasa para pahlawan. Sepanjang sejarah untuk merebut kemerdekaan ada banyak pahlawan yang berjuang untuk mewujudkan Indonesia merdeka. 

Salah satu yang melakukannya adalah RA Kartini dengan gerakan emansipasinya. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini profil Raden Ajeng Kartini. 

Profil Raden Adjeng Kartini 

Baca Juga: Garena Free Fire Rilis Update Patch Edisi Hari Pahlawan, Ini Rinciannya

Lahir pada 21 April 1979, Kartini sendiri dikenal luas sebagai tokoh emansipasi wanita di Indonesia. Putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat ini kemudian menjalani masa sekolah hingga usia 12 tahun, usia saat ia mulai dipingit. R.A Kartini sendiri mengenyam pendidikannya di Europese Lagere School.

Setelah dipingit pada usia 12 tahun, Karini tetap melanjutkan proses belajarnya di rumah, berlatih menulis dan membaca. Karena memiliki kemampuan bahasa Belanda yang baik, ia lantas terus belajar dengan berkirim surat dengan teman-temannya yang ada di Belanda.

Dari aktivitas berkirim surat dengan sahabat penanya ini, selain mendapatkan ilmu dari dunia luar, Kartini juga  mendapatkan banyak buku dan koran Eropa, yang dikirimkan oleh teman-temannya. 

Kartini muda memiliki keinginan untuk memajukan perempuan Indonesia, yang pada masa tersebut hanya memiliki status sosial yang sangat rendah. Ia merintis keinginannya ini dengan mengajari anak-anak perempuan di sekitarnya untuk bisa menulis dan membaca.

Pada 12 November 1903, Kartini menikah dengan Bupati Rembang kala itu, Raden Adipati Joyodiningrat. Suaminya mendukung dan memberikan kebebasan padanya, sehingga ia mampu mendirikan sekolah wanita di kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Baca Juga: PNM Ajak Jurnalis Ikutan Lomba Foto Berhadiah Rp96 Juta

Sekolah ini terus dikembangkan hingga pada 1912, Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini resmi didirikan di Semarang. Menyusul setelahnya sekolah wanita di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, hingga Cirebon.

Kartini dan suaminya, kemudian dianugerahi seorang anak yang lahir pada tanggal 13 September 1904, yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Malang, empat hari setelah kelahiran buah hatinya, Kartini meninggal dunia. Kala itu usia 25 tahun.

Perjuangannya dalam mengangkat derajat Perempuan Indonesia kemudian mendapat dukungan dari rekan dekatnya, Mr. J.H. Abendanon, yang mengumpulkan surat-surat dari Kartini dan kemudian menjadikannya sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Kartini dikenal sebagai pahlawan emansipasi wanita Indonesia. Ia telah berjuang untuk memajukan pendidikan dan derajat kaum perempuan pribumi. Pemikiran-pemikiran Kartini telah menginspirasi banyak orang, termasuk para perempuan pribumi. Ia telah menjadi simbol perjuangan kaum perempuan Indonesia.

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More